Rabu, 24 November 2010

Berbahagialah orang yg miskin dihadapan Allah

Khotbah pertama dari 10 tentang 'Ucapan Bahagia' 
Mari kita mulai dengan Matius 5:3 ketika Yesus memulai Khotbah di Bukit yang diucapkanNya kepada para muridNya di hadapan orang banyak. Ia mengawali pesanNya dengan kata-kata berikut: 


"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga."  
Orang Miskin Bersukacita pada Tahun Yobel
Beberapa waktu sebelum itu, Ia telah berkhotbah di sinagoge di Nazaret (seperti dikisahkan dalam Lukas 4:18) mengutip kata-kata Yesaya 61:1 dan mengatakan hal yang kurang lebih sama: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin." Kabar Baik, atau Injil (injil itu artinya kabar baik), harus diberitakan kepada orang miskin. "Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang". Memberitakan tahun rahmat Tuhan artinya memberitakan Tahun Yobel, yaitu memberitakan pembebasan dari semua hutang. Itulah yang terjadi pada Tahun Yobel:  semua budak mendapatkan kembali kebebasan mereka. Di Israel hal ini terjadi setiap 50 tahun sekali. Tahun "rahmat" - tahun yang indah - suatu tahun ketika sekali dalam kehidupan manusia, tahun itu tiba: Tahun Yobel. Tahun ini adalah tahun penuh sukacita ketika jika seseorang mempunyai hutang apapun terhadap orang lain, maka semua hutang itu dihapuskan. Anda bebas dari semua hutang dengan sendirinya.
Orang miskin yang dibebani dengan hutang-hutang itu segera dibebaskan. Mereka yang tidak mampu membayar hutangnya dan terpaksa menjual dirinya menjadi budak, dibebaskan pada tahun itu. Tahun Yobel ini adalah lambang kedatangan kerajaan Allah ketika orang miskin dibebaskan; tahanan dan budak dibebaskan. Tahun ini merupakan masa pemulihan, penyembuhan luka-luka, pengembalian penglihatan kepada orang buta dan kemerdekaan kepada mereka yang tertindas.
Jadi Tahun Yobel berharga terutamanya bagi siapa? Tentu saja, bagi orang miskin! Orang kaya tidak mempunyai hutang dan mereka tidak terancam bahaya menjadi budak. Jadi orang kaya tidak terlalu suka dengan Tahun Yobel karena mereka harus membebaskan budak-budak mereka dan mereka harus melepaskan orang-orang yang berhutang uang kepadanya menurut Hukum Israel. Jadi ini bukan merupakan tahun untuk bersukacita bagi orang kaya, akan tetapi merupakan tahun untuk bersukacita bagi orang miskin. Tahun Yobel merupakan kabar baik bagi orang miskin. Itulah intinya Kerajaan Allah.
Dilihat dari sudut ini maka kita mulai mengerti untuk apa Tuhan Yesus datang. Ia berkata, "Roh Tuhan ada pada-Ku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin." Kita perlu mempelajari apa artinya kata-kata ini. Setelah Yesus membacakan ini di Nazaret, kota kelahiranNya, Ia menutup kitab itu (dalam Lukas 4: 20) dan memberikannya kembali kepada pejabat. Ia membaca nas itu di sinagoge, menurut kebiasaan pada zaman itu, lalu Ia berkata, " Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." Kamu telah mendengar nas ini -- Yes. 61:1 dan seterusnya -- digenapkan sewaktu kamu mendengarnya. Kamu merupakan saksi-saksi kegenapan wacana Mesias ini, yang berkaitan dengan janji mengenai Raja Yang akan datang, Yang akan memberitakan Tahun Yobel. Sesungguhnya, Tahun Yobel yang telah lama sekali tidak dirayakan lagi di Israel, sekarang digenapkan dalam Mesias. Akan tetapi, kaumnya sendiri, penduduk Nazaret, tidak menerima Dia.
"Seorang Nabi Tidak Dihormati Oleh Generasinya Sendiri"Ada sebagian ajaran Tuhan Yesus yang berbunyi, "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya. " [Mat. 13:57 dst.] Makna ucapan ini telah dibahas sepenuhnya dalam pesan Natal saya tentang "Berwawasan Rohani'. Mereka yang berwawasan lahiriah, memandang Yesus - atau memandang manusia lain - semata-mata dari sudut pandang kemanusiaan: "Bagaimana mungkin tukang kayu ini adalah Mesias? Kami kenal Dia sejak Dia masih kanak-kanak!" Mereka tidak dapat bebas dari pemikiran manusia. Mereka tidak mampu berpikir bahwa Allah dapat datang ke dunia sebagai seorang manusia, seorang tukang kayu. Sepertinya halangan mental dalam pikiran kemanusiaan tidak mungkin diatasi. Manusia jasmaniah menurunkan segala sesuatu ke tingkat dia sendiri. Ia tidak mampu berpikir secara rohani. Ia berkata, "Itu orang yang saya kenal, bagaimana mungkin Dia adalah Anak Allah?" Bagaimana jika orang yang anda kenal itu adalah Anak Allah? Bagaimana anda tahu bahwa Dia bukan Anak Allah? Sulit sekali untuk menilai ukuran rohani seorang nabi selama kehidupannya.
Hal ini begitu sering terjadi. Seorang seniman besar tidak pernah dihargai selama ia hidup. Lukisan-lukisan para pelukis akbar, seperti Van Gogh, seringkali tidak pernah dihargai ketika pelukis itu masih hidup. Bahkan Beethoven, Liszt serta semua musisi akbar itu tidak begitu dihargai ketika mereka masih hidup. Akan tetapi sekarang, generasi lain yang dapat lepas dari asosiasi-asosiasi manusia tersebut, mampu menilai mutu-mutu murni dari manusia-manusia ini. 
Nabi-nabi besar bangsa Israel tidak dihormati oleh generasi mereka sendiri. Sekarang kita mengakui bahwa mereka itu adalah nabi-nabi Allah, akan tetapi mereka tidak dihormati oleh generasi mereka sendiri. Yeremia lebih dari satu kali dituduh sebagai pengkhianat, dibuang ke dalam perigi di mana ia nyaris mati jika tidak diselamatkan pada saat terakhir [Yer 38:6-13]. Ia diseret oleh segerombolan manusia ke tanah Mesir [Yer. 43:6 dst]. Ia diperlakukan kejam dan dianiaya. Para nabi bangsa Israel, satu demi satu, dianiaya pada zaman mereka. Ketika Mikha bernubuat kepada Ahab bahwa ia akan mati, ia ditampar oleh orang lain yang menyebut dirinya nabi. Ia dibantah -- seorang diri melawan seluruh kelompok nabi [1 Raja-Raja 22:24dst]. Dia adalah satu-satunya yang menubuatkan kebenaran; semua nabi lainnya menubuatkan suatu kebohongan. Namun mereka semua mengaku sebagai nabi. Jadi, satu orang melawan demikian banyak orang lain, siapa yang benar? Pasti mayoritas itu yang benar? Mayoritas itu pasti salah! Itulah masalahnya di dunia rohani. Selamanya minoritas yang ternyata benar ketika waktu bergulir. Akan tetapi pada zaman generasinya sendiri mereka tidak dihargai. Seorang nabi, begitu kata Tuhan Yesus, dihormati di mata Tuhan Allah; akan tetapi pada zamannya sendiri, di negerinya sendiri, ia tidak dihormati.
Hal itu terjadi satu demi satu terhadap semua nabi dari Perjanjian Lama. Kita tahu bahwa hal itu terjadi terhadap Amos; hal itu terjadi terhadap Hosea; hal itu terjadi terhadap semuanya, satu demi satu. Mereka tidak dimuliakan oleh generasinya sendiri. Mereka diperolok-olok; mereka dikucilkan; mereka dibenci oleh masyarakat. Begitu parah sehingga Yeremia nyaris putus asa bahwa ia tidak dapat melanjutkan jabatannya. Berkali-kali Yeremia berkata, "Aku tidak mau berkhotbah lagi. Aku telah muak dengan orang-orang ini. Jika mereka ingin binasa, biarkan mereka binasa. Aku telah cukup berbicara." Namun begitu, ia tetap kembali berkata, "Api menyala-nyala dalam tulang-tulangku." [Yer 20:7-9 dll.] Kasihnya bagi Allah, kasihnya bagi bangsanya, tidak dapat ditekan. Ia tetap harus berkhotbah dan menanggung akibat-akibatnya, betapa pun ia dibenci oleh bangsa Israel. Siapa pula mau diberitahukan, "Jikalau engkau tidak bertobat engkau akan binasa."? Siapa suka dikatakan, "Kamu adalah orang-orang berdosa yang akan dihapus oleh Allah melalui api pembinasaan. "? Begitulah halnya semua nabi.
Ketika Tuhan Yesus berkhotbah, Ia tidak merupakan pengecualian. Mereka membenciNya, terutama para pemimpin agama Israel. Dan akhirnya mereka memakuNya pada kayu salib. Mereka tidak mau dengar. Satu-satunya manusia yang mau bersukacita pada tahun Yobel, pada saat kerajaan datang adalah orang miskin. Ini adalah satu-satunya kaum manusia yang terbuka secara rohani, yang mau dan dapat berwawasan rohani. Orang kaya -- mereka itulah yang mempertaruhkan segala-galanya. Jadi, mereka tidak menyambut Injil kecuali anda telah memangkas Injil dan memoles Injil sedemikian rupa sehingga dapat diterima oleh orang kaya. Akan tetapi Tuhan Yesus tidak melakukan hal seperti itu sama sekali.
Kata-kata Tuhan Yesus juga berlaku bagi Elia, yang tidak pergi kepada orang Israel tetapi kepada orang-orang asing, ke Sidon dan kepada seorang perempuan yang bukan orang Yahudi, karena orang-orang Israel tidak menerima nabi sebesar Elia. Mereka juga tidak menerima Elisa. Elia adalah nabi Perjanjian Lama yang paling besar kalau dihitung kekuasaan rohaninya, tetapi ia ditolak oleh generasinya. Tidak ada kemuliaan dalam melayani Tuhan pada zaman generasi sendiri. Anda akan diburu dan dituntut karena anda berusaha mengkhotbahkan kebenaran.
Perbandingan Antara "Berbahagialah Orang Yang Miskin" Dalam Injil Matius dan Injil LukasMari kita baca Matius 5:3. Kutipan sejajar dengan ini terdapat dalam Lukas 6:20 yang berbunyi "Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah." Jadi ada perbedaan antara Lukas dan Matius karena Lukas mengatakan 'Berbahagialah hai kamu yang miskin' dan Matius mengatakan 'Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah', dan kita akan membahas hal itu sebentar lagi.
Ada juga perbedaan yang lain,  yaitu, dalam Matius, tercantum 'kerajaan sorga' dan Lukas mencantumkan 'kerajaan Allah'. Tentu saja kedua hal ini merupakan hal yang sama seperti ditunjukkan oleh persamaan ini. Antara 'Kerajaan Allah' dan 'kerajaan sorga' tidak ada perbedaan apapun. Ini hanya merupakan perbedaan terminologi saja. Orang-orang Yahudi, yang enggan menggunakan kata 'Allah', selalu menggunakan uraian [atau istilah tidak langsung] untuk Allah. Mereka suka menyebut Allah 'Yang Mulia', atau jikalau mereka berbicara tentang Allah, mereka menyebut 'sorga'. Oleh karena itu, sama sekali tidak ada perbedaan dalam arti istilah 'kerajaan Allah' dan 'kerajaan sorga'.
Ada tiga bagian dalam ayat ini yang perlu kita perhatikan. Pertama-tama, 'berbahagialah'; kedua, 'orang miskin'; dan ketiga, 'kerajaan Allah'. Apakah artinya? Apakah artinya 'berbahagia'? Apakah artinya orang miskin, atau miskin di hadapan Allah? Apakah itu kerajaan Allah?
"Berbahagialah ..."
Pertama-tama 'bahagia'. Bahagia itu mudah; kita semua tahu apa artinya bahagia. Kata 'berbahagia' artinya 'bahagia'. "'Bahagialah' orang yang.....". Sebenarnya ini merupakan awal Mazmur-Mazmur. Mzm. 1:1 mulai dengan kata itu: "Berbahagialah orang...". Orang seperti apa? Perlu kita perhatikan bahwa sepanjang Kitab Suci, kebahagiaan itu dijanjikan kepada orang tertentu. [Mzm. 1:1 berbunyi:] "Berbahagailah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam."  
Orang seperti apa yang bahagia? Orang yang bahagia adalah orang yang tidak berjalan menurut kefasikan, tetapi yang berjalan menurut kebenaran. Orang yang bahagia adalah orang yang kesukaannya ialah Allah dan TauratNya dan yang merenungkan Firman Allah siang dan malam. Kebahagiaan rohani dalam Alkitab ditujukan kepada orang tertentu. Sebenarnya, ucapan bahagia ini muncul di dalam Mazmur-Mazmur berkali-kali. Seluruhnya kata ini ditemukan 19x. Ada 19 ucapan bahagia di dalam Mazmur-Mazmur, yang bentuknya serupa dengan ucapan-ucapan bahagia Tuhan Yesus sendiri. "Berbahagialah orang yang...". Dengan kata lain, orang seperti ini bahagia karena Allah melimpahkan kebahagiaan kepadanya. Ia bahagia karena ia berbahagia di dalam Allah. Allah Yang akan membuatnya berbahagia. Allah membawa keceriaan kepada orang tertentu. Jika anda adalah orang seperti itu, maka anda akan berbahagia. Anda akan mendapat berkat Tuhan yang  membuat anda bahagia dan ceria. Tetapi pertama-tama anda harus menjadi orang seperti itu. Jikalau anda ingin melihat orang seperti apa yang diberkati oleh Allah di dalam Perjanjian Lama, cukup ambil Alkitab dan cari kata 'diberkati' (atau berbahagia) di dalam Mazmur-Mazmur. Anda akan temukan 19 jenis pemberkatan (atau kebahagiaan). Jika anda menghapus bagian-bagian yang merupakan pengulangan, maka anda tetap masih mempunyai 15 atau 16 kebahagiaan dari berbagai jenis, atau lebih tepat, berkat dari ucapan bahagia yang berbeda, namun semuanya merujuk pada jenis manusia yang sama, yaitu yang benar dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh.  
 ... Orang MiskinIni mengantar kita kepada butir kedua. Siapakah orang-orang itu yang diberkati oleh Allah dengan kebahagiaan? Nah, kata-katanya berbunyi 'Berbahagialah orang-orang miskin.' Hal ini sama sekali bertentangan dengan anggapan dunia. Semboyan dunia ialah: 'Berbahagialah orang kaya.' Di Hong Kong, ucapan berkat utama pada waktu Tahun Baru Cina (Imlek) ialah 'berbahagialah orang kaya' -- gong xi fa cai1 [atau dalam bahasa Kanton 'kung hei fat choy']. Mereka mengingat kepada berkat, atau 'fook' dalam bahasa Kanton. Akan tetapi 'fook' hanya untuk orang kaya! Mengapa? Apa itu 'fook'? 'Fook' itu ialah kekayaan; harta; kemakmuran. Dan Tuhan Yesus menjungkirbalikkan segalanya dengan berkata, "Berbahagialah ... orang miskin."  
1 Ini merupakan salaman tradisional pada Tahun Baru Cina, "semoga anda makmur", yaitu menjadi kaya.. 
Ini merupakan azas fundamental kerajaan Allah: semua nilai dunia ini dijungkirbalikkan. Inilah azas pertama yang anda perlu mengerti. Terjadi perubahan fundamental dalam tatanan, atau penentuan nilai. Nah, di dalam 'berbahagialah orang miskin,' pertama-tama anda harus mengetahui, apakah anda miskin atau tidak? Karena jikalau anda tidak miskin, anda tidak perlu mendengar ajaran Tuhan ini karena tidak ada sangkut pautnya dengan anda. Karena ajaran ini mengatakan, "Berbahagialah orang miskin." Dan anda berkata, "Aku tidak miskin." Sayang sekali bagi anda! Tidak ada gunanya melanjutkan pembahasan ayat ini karena anda tidak termasuk. Ini hanya untuk orang miskin. Jikalau anda tidak miskin, lupakan saja. Semudah itu. Namun siapakah orang miskin itu?
Anda Harus Mengetahui Apakah Anda Miskin
Sebelum kita membahas siapa itu 'orang miskin', kita harus tahu apakah kita miskin atau kaya. Adalah tragedi besar bahwa beberapa orang yang miskin, namun berpikir bahwa mereka kaya. Hal ini sering terjadi di antara orang Kristen, terutama generasi sekarang.
Izinkan saya membacakan kepada anda dari Wahyu 3:17. Ini berkenaan dengan jemaat di Laodikia. Betul-betul orang Kristen! Betapa banyak orang Kristen yang miskin namun berpikir mereka itu kaya. Akan tetapi karena mereka berpikir bahwa mereka itu kaya, mereka telah kehilangan berkat Tuhan. Karena anda tidak saja harus miskin, tetapi anda juga harus tahu bahwa anda miskin. Ini penting sekali. Kalau tidak, maka anda berpikir bahwa anda kaya dan anda tidak menggolongkan diri anda di antara orang miskin. Wahyu 3:17: "Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku (itulah hal yang kita ingin terjadi terhadap diri kita) dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang." "Tidak tahu" artinya mereka berpikir bahwa mereka kaya dan tidak kekurangan apa-apa; tetapi mereka tidak tahu kemalangan dan kemelaratan mereka.
Tidak ada hal yang lebih malang daripada menjadi miskin dan tidak mengetahui bahwa anda miskin, seperti menjadi sakit dan tidak mengetahui bahwa anda sakit. Seperti dalam Yoh. 9:40,41 orang-orang Farisi berkata, "Apakah itu berarti bahwa kami juga buta? Kami tidak buta." Yesus berkata kepada mereka, "Karena kamu berkata bahwa kamu tidak buta sedangkan sebenarnya kamu buta, maka tetaplah dosamu." Menjadi buta dan tidak mengetahui bahwa anda buta; menjadi miskin dan tidak mengetahui bahwa anda miskin, ini merupakan pembohongan diri sendiri. Hal ini sangat menyedihkan.  
Ada orang yang berpikir bahwa mereka sehat sedangkan sebenarnya mereka sakit. Mungkin mereka merasa sehat, akan tetapi saat ini, di dalam diri beberapa orang, mungkin sudah ada benih kanker mematikan di dalam tubuh mereka, tetapi mereka merasa sehat. Itulah yang terjadi terhadap ayah saya. Ia ke rumah sakit untuk pengecekan kesehatan rutin. Dia merasa sehat; tidak ada masalah apa-apa. Kata dokter, "Benjolan apa itu di leher anda?" "Oh, benjolan itu? Tidak sakit. Tidak apa-apa. Saya merasa sehat." Tetapi kata dokter, "Ya, anda merasa sehat tetapi saya tidak suka adanya benjolan ini." Dua bulan kemudian ayah saya meninggal. Jadi, mungkin saja anda sedang sakit namun tidak tahu bahwa anda sedang membawa benih-benih kematian di dalam tubuh anda.  
Kadang-kadang orang yang sakit hidup lebih lama dari orang yang sehat. Ibu saya selalu sakit, selalu lemah. Beliau mempunyai masalah ini dan itu. Ayah saya selalu sehat dan kuat. Beliau melakukan latihan; beliau bertinju; beliau jalan kaki; beliau minum vitamin. Beliau memelihara kesehatannya. Ayah saya selalu sehat; ibu saya selalu sakit - minum obat sepanjang waktu. Tahukah anda siapa yang berusia lebih panjang? Ibu saya. Orang sakit yang tahu bahwa dirinya sakit hidup lebih lama. Aneh!
Sering kali saya memikirkannya di dalam Kitab Suci, "Kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat." [Pkh. 9:11] Tidak ada hal yang begitu menyedihkan. Tentu saja, dalam hal ayah saya, tidak mungkin ia mengetahui bahwa ia sekarat, bahwa penyakit kanker itu sudah ada di dalam tubuhnya. Tidak mungkin anda dan saya mengetahuinya. Tetapi secara rohani kita bisa mengetahuinya, karena Roh Allah ada di sini untuk menunjukkan kepada kita penyakit pembawa maut yang ada di dalam jiwa kita.  
Jadi, tahukah anda apakah anda miskin atau tidak? Mungkin anda merasa bahwa anda tidak miskin, dan karena anda tidak merasa diri anda miskin, maka anda rasa bahwa kata-kata Yesus itu tidak berkenaan dengan anda. "Berbahagialah orang miskin" dan anda berkata, "Aku tidak miskin." Jadi anda bisa saja berpaling. Siapa perlu mendengar itu? Siapa perlu mendengar Khotbah di Bukit? Ini adalah pesan untuk orang miskin. Mengingat bahwa anda kaya, atau anda merasa anda cukup berada, anda tidak memerlukannya. Kalau begitu mari kita bahas apakah itu kemiskinan. Apakah artinya miskin itu?
Miskin Di Hadapan Allah -- Kemiskinan  Yang Mengakibatkan Kerendahan Rohani
Mari kita bahas dulu hubungan antara Matius dan Lukas. Kita telah melihat bahwa Matius mengatakan 'miskin di hadapan Allah' dan Lukas hanya mengatakan 'miskin' tanpa istilah kualifikasi sama sekali. Hanya miskin saja. Kita juga melihat ketika Tuhan Yesus mengutip kata-kata dari Yes. 61:1 dalam Luk. 4:18, Ia mengutip kata-kata ini: "Roh Tuhan ada pada-Ku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin". Tidak ada kualifikasi 'di hadapan Allah'.
Tentu saja kedua-duanya benar. Matius benar karena miskin secara finansial tidak merupakan kualifikasi untuk kebahagiaan rohani. Kemiskinan finansial semata-mata bukanlah karcis masuk sorga. Harus ada lebih daripada kemiskinan material saja. Harus ada kemiskinan, yang mengantar kita juga kepada kemiskinan di bidang rohani. Dengan kata lain, anda berbahagia sebagai orang miskin apabila kemiskinan itu juga mengantar anda kepada kerendahan rohani. Hal ini penting sekali. Jikalau anda miskin akan tetapi anda berpura-pura kaya, yaitu anda mencoba mengesankan orang dengan membual, maka anda hanya menjadikan diri anda bahan tertawaan saja.
Kita yang mengenal keadaan di Hong Kong tahu bahwa hal ini seringkali terjadi. Banyak orang yang hidup melebihi kemampuan keuangannya. Misalnya, seseorang tidak mampu membeli mobil, akan tetapi ia tetap membeli mobil hanya demi 'gengsi', sekalipun harus meminjam uang, . Maka ia hidup melebihi kemampuan keuangannya. Sebagai akibatnya, ia semakin miskin karena hutangnya semakin menumpuk.
Hal ini sering terjadi apabila ada orang kawin di Hong Kong. Tentu saja untuk menjemput mempelai perempuan, mempelai laki-laki harus membawa mobil yang layak. Jadi ia mencari kawan yang kaya yang barangkali dapat meminjamkan mobil kepadanya, hal yang sangat kecil kemungkinannya karena kawan yang kaya adalah pihak yang paling kecil kemungkinannya akan meminjamkan mobil mengingat mereka biasanya adalah orang yang paling pelit di dunia. Lalu ia menyewa mobil -- mudah-mudahan bukan mobil kecil - tetapi demi 'gengsi' menyewa mobil besar untuk satu hari, seperti Rolls Royce, meskipun hal itu mencekik lehernya. Jika ia tidak mampu menyewa Rolls Royce, mungkin Mercedes Benz. Untuk satu hari dia mengeluarkan ratusan dolar untuk menyewa mobil brengsek itu sehingga ia bisa mengantar pengantinnya ke gereja atau ke tempat di mana mereka akan menikah dengan menggunakan kendaraan itu. 
Semua itu demi 'gengsi'. Anda tidak ingin siapapun melihat bahwa anda miskin jadi anda berpura-pura kaya. Oleh karena itu, menjadi miskin bukan karcis masuk surga. Orang yang berbahagia ialah orang miskin yang mengakui kemiskinannya sehingga menimbulkan sikap kerendahan terhadap Allah.  
Harta Merupakan Halangan Untuk Menjadi Murid
Di lihat dari sudut kebalikannya, maka harta material merupakan halangan terhadap kehidupan rohani anda. Tidak ada kompromi apapun dalam hal ini. Menjadi miskin dapat menjadi berkat rohani jikalau ia mewujudkan sikap rohani yang tepat. Akan tetapi menjadi kaya tidak saja dapat menjadi, tetapi memang merupakan halangan positif terhadap kehidupan rohani anda, kecuali jika anda memperlakukan harta itu dengan cara rohani yang tepat. Tuhan Yesus menyatakan hal ini dengan sangat jelas tanpa keraguan apapun. Harta merupakan halangan.  
Kita melihat pokok yang sama, misalnya, di dalam kata-kataNya kepada orang muda yang kaya. Ia tidak mengizinkan orang muda yang kaya itu menjadi muridNya kecuali ia menjual segala miliknya, memberikannya kepada orang miskin, kemudian mengikutiNya. Ia tidak mengizinkan orang muda yang kaya itu mengikutiNya sebagaimana adanya. Kebanyakan orang di zaman sekarang akan bersedia mengizinkannya. Enak juga untuk dapat mengatakan, "Saya mempunyai murid yang seorang jutawan. Dia memiliki 5 mobil Mercedes Benz; dia memiliki pabrik. Itulah murid saya." Tuhan Yesus mengatakan, "Tidak. Hanya ada satu syarat bagi anda untuk menjadi murid saya." Orang muda yang kaya itu dengan semangat berkata, "Ya, ya, apakah syarat itu? Bolehkah saya membayar seratus ribu dolar?" Tuhan berkata, "Tidak. Jauh lebih banyak dari itu. Engkau harus menjual segala milikmu, memberikannya kepada orang-orang miskin, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku." Sekiranya Tuhan Yesus dapat membuat keadaan lebih mudah bagi orang muda yang kaya itu, pasti Ia akan melakukannya. Bukankah begitu? Ia akan melakukannya karena Kitab Injil menceritakan kepada kita bahwa Yesus mengasihi orang itu. Dia tidak memberikan persyaratan itu karena Dia membenci orang itu; Dia mengatakan demikian justru karena Ia mengasihinya. Tuhan memberikan persyaratan itu karena kekayaan material merupakan halangan kepada kehidupan rohani kita.  
Saat ini gereja Barat berada di dalam genggam masalah rohani karena kami ingin berkompromi dalam sikap terhadap harta. Anda tidak dapat melakukan hal itu. Khotbah saya kepada anda hari ini tidaklah jujur apabila saya coba menutupinya. Harta merupakan halangan. Itulah sebabnya mengapa Yakobus berkata dalam Yakobus 5:1: "Hai kamu orang kaya, menangislah dan merataplah!" Tidak ada kualifikasi apapun. Menangislah kamu orang kaya! Berbahagialah orang miskin! Dan merataplah orang kaya! Injil tidak pernah merupakan kabar baik untuk kapitalis. Sayang sekali bagi kapitalis, ia tidak pernah mampu menurunkan ajaran Yesus supaya cocok dengan kapitalisme. Di mana-mana jika anda mempelajari ajaran Tuhan mengenai harta benda, kembali lagi pada hal yang sama. Dia tidak mau berkompromi dengan orang kaya. Dia tidak membenarkan orang yang mengandalkan harta. Karena itu dalam Khotbah di Bukit dikatakan, "Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." [Mat. 6:24] Anda tidak dapat melakukan hal itu. Akan tetapi gereja ingin mengatakan, "Ya, kamu bisa. Aku mengabdi kepada Mamon, yaitu mengabdi kepada uang, dan aku juga mengabdi kepada Allah." Tuhan Yesus berkata bahwa anda tidak dapat melakukan hal itu. Anda hidup untuk Allah dan karena itu Mamon menjadi budak; uang menjadi budak. Itu berarti uang hanya merupakan sarana untuk mencapai suatu tujuan. Anda menggunakannya, tetapi anda tidak bisa mengabdi kepadanya. Itulah yang membuat Injil begitu sulit bagi suatu masyarakat seperti yang kami miliki di Kanada; suatu masyarakat di mana kebanyakan orang mempunyai rekening bank yang cukup besar.
Anda berkata, "Nah, apa kualifikasi anda untuk bisa berkhotbah seperti itu? Anda memakai dasi yang bagus, kemeja putih. Jas anda tidak terlalu jelek. Di sini anda berkhotbah menentang orang kaya, sedangkan anda mempunyai mobil di tempat parkir sini. Di sini anda berbicara mengenai 'orang kaya'."  
Kesaksian: Miskin, Namun Tidak Kekurangan Apapun
Dengan Allah sebagai saksi saya, saya ingin mengatakan sesuatu kepada anda: saya tidak kekurangan apapun. Allah menjadi saksi bahwa selama bertahun-tahun memberitakan Injil, saya tidak menabung satu sen pun. Tidak satu sen pun! Selama bertahun-tahun memberitakan Injil dalam jabatan ini, saya tidak pernah menabung satu sen pun. Saya tidak menyimpan satu sen dari penghasilan berkhotbah saya. Dan Allah adalah saksi saya untuk itu. Saya tidak mempunyai surplus. Saya tidak mempunyai apapun yang telah saya simpan atau cadangkan untuk tahun yang akan datang. Saya tidak pernah mencetak kekayaan karena khotbah saya. Akan tetapi saya tidak mengatakan hal ini supaya anda kasihan terhadap saya. Mengapa? Karena saya tidak kekurangan apapun! Saya menghargai kasih dan kepedulian anda.  
Anda lihat, jas saya begitu bagus; jadi jangan belikan saya jas baru; saya tidak mempunyai tempat untuk menyimpan jas lain. Dasi ini bagus; akan saya pakai selama bertahun-tahun. Jadi saya dalam keadaan baik. Akan tetapi saya mau mengatakan ini sebagai sesuatu yang benar. Walaupun saya telah memberitakan Injil bertahun-tahun lamanya dan telah berbicara di berbagai konperensi (dan imbalan konperensi tinggi), kendati demikian saya tidak menyimpan satu sen pun dari penghasilan saya melalui pemberitaan Injil. "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi." Saya tidak menjadi kaya karena memberitakan Injil.
Saya mengatakan hal ini karena adalah penting bagi seorang pengkhotbah, untuk tidak saja berucap tetapi melalui kehidupannya ia menjadi saksi dari apa yang di-khotbahkannya. Jadi, sekiranya ada yang berpikir bahwa saya berkhotbah di sini hanya menggunakan otak saya, dan berdasarkan pelajaran teologi, saya ingin mengatakan kepada anda, bahwa jika saya tidak bisa mewujudkan kehidupan ini, maka saya tidak mau berkhotbah tentang itu. Tuhan berkata, "Janganlah mengumpulkan bagimu...". Saya katakan sekali lagi, dengan Allah sebagai saksi saya, bahwa saya tidak mengumpulkan apapun.
Murid-muridNya Dipanggil Untuk Percaya KepadaNya Untuk Memenuhi Kebutuhan-kebutuhan Mereka
Tuhan memanggil kita untuk menjadi miskin di hadapan Allah. Kemiskinan tidak berarti anda tidak mempunyai makanan; kemiskinan hanya berarti bahwa anda tidak mempunyai surplus, atau anda tidak mengumpul atau menyimpan surplus. Kita harus memahami hubungan ini, karena seperti kita lihat dalam Khotbah di Bukit, kita dipanggil untuk percaya kepadaNya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita.  
Bertahun-tahun lamanya saya telah mempraktekkan hal itu, tanpa gaji dan sumber penghasilan. Ketika saya masih menjadi mahasiswa, saya cukup memandang Allah; tidak ada yang dapat saya harapkan kecuali Allah. Dan Dia tidak pernah mengecewakan saya. "Berbahagialah orang miskin karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga."  
Saya akrab dengan kemiskinan. Selama tiga tahun di Cina, saya tahu apa artinya merasa lapar di perut. Tetapi Dia tidak pernah mengecewakan saya. Dia berkata,'Carilah dulu Kerajaan-Nya maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu.Aku berjanji jikalau engkau mengikuti Aku tanpa syarat -- engkau mencari kerajaan-Ku terlebih dahulu - maka Aku jamin bahwa engkau tidak akan kekurangan apapun." Saya tidak pernah kekurangan apapun. Allah begitu baik. Walaupun saya tidak menyimpan apa-apa yang bisa digunakan bila perlu, saya tidak kekurangan apapun.  
Jadi ada hubungan erat antara kemiskinan material dan kemiskinan rohani. Butir ini hendaknya kita perhatikan baik-baik. Sehubungan dengan orang muda yang kaya, Tuhan Yesus dalam keadaan apapun juga, tidak mengizinkannya untuk menjadi murid kecuali bila ia pergi dan menjual segalanya. Akan tetapi dewasa ini gereja melunakkan pesan itu; bagaimanapun juga kebanyakan gereja terdiri dari kalangan menengah ke atas. Karena itu kita memperlunak pesan itu. "Oh, tidak apa-apa. Jangan dipikirkan." Benar, jangan dipikirkan, tetapi akibatnya ialah: anda tidak miskin, dan karena itu anda tidak miskin di hadapan Allah. Jika demikian halnya, apakah kerajaan surga menjadi milikmu?
Jangan dulu mengucapkan selamat pada diri sendiri dengan mengatakan, "Oh, ya, kalau anda miskin, saya juga miskin. Kebanyakan di antara kami adalah mahasiswa; kami tidak punya uang. Haleluya! Jadi kerajaan Allah adalah milik kami." Pertama-tama, mungkin anda menjadi kaya pada suatu hari, bila anda lulus dari sini dan menyandang gelar anda. Anda pergi ke mana-mana menyandang gelar Bachelor, Master atau Ph.D., kemudian anda akan menghasilkan banyak uang. Ya, anda akan menjadi kaya pada suatu hari. Lalu anda akan berkata, "'Berbahagialah orang miskin'? Semoga pendeta tidak berkhotbah mengenai hal ini lagi. Aku berharap aku tidak perlu mendengar khotbah ini sekali lagi." Injil membuat anda sangat tidak nyaman. Mengapa? Karena Injil memaksa anda untuk percaya kepada Allah, bukan pada rekening bank anda. Kita ingin memiliki Allah dan kita ingin memiliki Mamon. Kita ingin kedua-duanya, dan sayang sekali, Tuhan tidak mengizinkannya.
Jadi pada suatu hari, apakah secara eksplisit atau implisit, anda akan membuat pilihan. Oleh karena itu, jika saat ini anda miskin, jangan dulu mengucapkan selamat pada dirimu sendiri. Jangan begitu cepat. Seperti kami katakan, menjadi miskin bukan karcis masuk sorga. Anda harus menjadi miskin di hadapan Allah. "Oh," kata anda, "memasuki kerajaan benar-benar sulit. Aku pikir karena aku miskin maka aku telah memenuhi syarat. Namun aku masih perlu menjadi miskin di hadapan Allah."
Artinya Miskin Di Hadapan Allah
Apakah artinya miskin di hadapan Allah? Bila kita pelajari kata ini, kita mendapatkan bahwa sebenarnya kata 'miskin' itu sendiri dalam bahasa Ibrani berarti 'kerendahan hati'. Artinya itu sendiri adalah 'kelembutan hati'. Anda bisa melihatnya misalnya di dalam Ams. 16:19 di mana kata Ibrani untuk 'miskin' dalam konteks itu, sangat jelas adalah 'kelembutan hati', atau 'kerendahan hati'. Di dalam Yes. 11:4, dikatakan bahwa Mesias, bila Dia datang, akan menghakimi orang-orang 'miskin' dengan keadilan. Di sini sekali lagi orang miskin artinya 'orang lembut hati', orang rendah hati'.
Jika anda mengambil kata 'miskin' yang dalam bahasa Ibrani ialah anav dan mencarinya di kamus Ibrani, anda akan melihat bahwa kata itu berarti 'miskin', 'rendah', 'lembut hati', 'sederhana'. Kita tidak dapat memisahkan artinya bila kata ini digunakan. Saya baru saja membaca Yes. 61:1. Kata 'miskin' sekali lagi adalah kata yang sama yang sesungguhnya kembali berarti 'lembut hati' or 'rendah hati' maupun 'miskin'. Hal ini tampak paling menonjol dalam Bil. 12:3.
Musa Ialah Seorang Yang Sangat Lembut Hatinya, Yaitu, Dia Sangat Miskin
Mari saya bacakan kepada anda dari Bil. 12:3 tentang Musa, hamba Allah itu, yang menunjukkan kepada anda manusia seperti apa yang sedang dipikirkan oleh Tuhan Yesus ketika Ia berkata, "Berbahagialah orang miskin." Di dalam Bil. 12:3, ini adalah kejadian di mana Miryam and Harun (Miryam adalah kakak perempuan Musa dan Harun adalah kakak laki-laki Musa) berbicara menentang Musa. "Nah," Harun berpikir, "Aku adalah kakak laki-laki kamu, jadi saya berhak...." Anda lihat, sikap lahiriah kembali ketimbang sikap rohani. Berpikir dengan cara sama seperti orang-orang Yahudi itu berpikir ketika mereka memandang Yesus: "Kamu dari Nazaret, kamu adalah kerabat kami di sini, dan kamu berkata kamu adalah manusia istimewa, Mesias, Anak Allah?"
Musa diangkat oleh Allah sebagai pemimpin, nabi di Israel, dan Miryam dan Harun seringkali mempunyai alasan untuk merasa iri. Mereka berpikir bahwa berdasarkan hubungan pribadi mereka dengan dia sebagai kakak laki-laki dan kakak perempuan, mereka juga mempunyai hak untuk berbicara. Hal ini sangat keliru. Hati-hatilah berbicara menentang hamba Allah. Jadi, mereka berbicara menentang Musa karena perempuan Kusy yang dinikahinya. Musa telah menikah dengan seseorang yang bukan berasal dari bangsa Israel, tetapi dari bangsa Kusy. Dan mereka berkata, "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dengan kata lain,  "Apakah kamu satu-satunya nabi di sini?"
Dan Tuhan mendengar hal itu. Hati-hati dengan perkataan anda karena Tuhan mendengar apa yang anda katakan. Dan sekarang ayat 3. Musa tidak berkata, "Hai, hati-hati kamu. Akulah nabi Allah di sini." Musa tidak menjawab mereka dengan sepatah kata pun. Ia tidak berdebat dengan mereka; ia tidak membantah. Sebaliknya ia bersujud di hadapan Tuhan. Begitulah orangnya.
Maka demikianlah ayat 3, "Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang ada di atas muka bumi." Sebagai akibatnya dia datang saja ke hadapan Allah. Dan Allah menghakimi dengan tiba-tiba.... "Lalu berfirmanlah Tuhan dengan tiba-tiba kepada Musa, Harun dan Miryam, 'Keluarlah kamu bertiga.'" Waduh! Pasti mereka sangat kaget. "Mari bertemu dengan-Ku." Dan akibatnya, tentu saja, adalah penghakiman bagi Harun dan Miryam.
Namun yang ingin saya jelaskan di sini ialah ayat 3: "Adapun Musa ialah seorang yang sangat 'miskin'." 'Sangat miskin' - itulah kata Ibrani yang diterjemahkan di sini sebagai 'lembut hati'. Ini adalah kata Ibrani yang sama seperti di dalam Yes. 61:1, "Kabar baik diberitakan kepada orang-orang miskin." Ini adalah kata Ibrani yang sama yang di sini diterjemahkan dengan 'lembut hati'. Ini sangat menarik, bukan? "Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang ada di atas muka bumi." Tentu saja, di sini artinya ialah 'miskin di hadapan Allah'. 'Miskin di hadapan Allah' dengan demikian berarti 'lembut hati', 'rendah hati'. Itulah sebabnya saya mengatakan bahwa, jika anda miskin secara finansial, biarkanlah kemiskinan itu merembes ke dalam jiwa anda. Janganlah biarkan dunia mengelabui anda dan berpikir bahwa anda perlu membual untuk mengesankan orang lain. Biarkan Allah Yang Maha Pengasih melihat anda dan Dia akan memperhatikan kemiskinan anda. Dia akan meninggikan anda. Anda tidak perlu menyombongkan diri atau membual dalam hidup anda. Biarkan Allah menjadi kekuatan anda. Biarkan Dia meninggikan anda dan meletakkan kakimu di atas gunung batu.
Itulah artinya kata 'miskin'. Perhatikan bahwa kata Ibrani 'miskin' bisa berarti secara harfiah miskin atau miskin di hadapan Allah. Di sini, seperti kita lihat di dalam Bil. 12:3 artinya miskin di hadapan Allah, tidak saja miskin secara material.
Musa dibesarkan di istana pangeran. Ia dibesarkan di dalam rumah tangga Firaun. Ia mampu mewarisi kedudukan seorang pangeran kerajaan. Tetapi apa yang ia lakukan? Berbeda dengan orang muda yang kaya, ia memalingkan wajahnya dari dunia. Ia memalingkan wajahnya dari kedudukan seorang pangeran di Mesir berikut semua kemuliaannya. Seperti kita baca dalam Ibr. 11, Musa lebih suka menderita sengsara, kemiskinan dengan umat Allah daripada menikmati kekayaan di Mesir. Ia miskin secara harfiah - karena ia memilihnya - dan ia juga miskin di hadapan Allah; itu bahkan lebih penting.
Dalam Yes. 29:18&19 kembali kita temukan kata Ibrani yang sama 'miskin'. Dalam ayat 18, dikatakan, "Pada waktu itu....... orang-orang yang sengsara akan tambah bersukaria di dalam Tuhan, dan orang-orang yang miskin di antara manusia akan bersorak-sorak di dalam Yang Mahakudus, Allah Israel."  Sekali lagi kata Ibrani 'miskin' yang sama digunakan. Kembali kita melihat bahwa Injil akan diberitakan kepada orang miskin.
Sekarang, bagaimana dengan orang miskin? Di dalam Amos 2:6&7, anda melihat bahwa 'orang miskin' merupakan sinonim untuk 'orang yang benar'. Orang yang benar dan orang miskin disebut bersama-sama sebagai sinonim. Miskin di hadapan Allah adalah inti kebenaran. Orang miskin tidak berdaya, merekalah orang yang ditindas oleh orang kaya dan orang kuat sehingga mereka harus memandang kepada Allah sebagai tameng dan pembela mereka. Jika anda kaya anda mampu membela diri sendiri; anda tidak perlu Allah untuk membela anda. Akan tetapi orang miskin tidak mempunyai siapa-siapa untuk membela mereka; mereka harus membawa perkaranya ke hadapan Allah. Orang miskin tidak mempunyai harapan apa-apa di dunia ini. Mereka tidak bisa mengharapkan pensiun yang besar. Mereka tidak bisa berharap untuk memiliki speedboat di Sungai St. Lawrence atau rumah istirahat di tepi danau. Mereka tidak mempunyai sarana seperti itu. Mereka tidak mempunyai harapan apa-apa sepanjang berkaitan dengan dunia ini. Hanya Allah yang menjadi harapan mereka. Mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka. Allah yang memenuhi kebutuhan mereka. Mereka harus memandang kepada Allah hari demi hari.
Kesaksian Tentang Percaya Kepada Allah Sebagai Pemelihara
Saya mengenal kehidupan seperti itu. Saya telah mengalaminya berkali-kali. Tiga tahun di Cina, saya mengalaminya setiap hari, "Tuhan, aku tidak ada makanan. Tolong berikan kepadaku makanan hari ini. Berikanlah hari ini roti untuk hari ini." Oh ya, saya harus berdoa seperti itu setiap hari. Saya bangun pagi-pagi dan perut saya keroncongan. Saya memasukkan tangan saya ke dalam kantong dan tidak ada satu sen pun di dalamnya. Saya akan berkata, "Bapa, Engkau adalah Bapa saya. Anak-Mu tidak mempunyai makanan. Tolong berikan makanan untuk hari ini." Dan Dia melakukannya! Dia melakukannya hari demi hari selama tiga tahun.  
Hal yang sama terjadi ketika saya pergi ke Inggris. Saya belajar di sana. Seringkali saya tidak mempunyai apa-apa. Saya tidak tahu bagaimana harus membayar uang kuliah saya. Saya tidak punya uang. Tetapi saya berkata, "Bapa, jika Bapa ingin aku belajar, Bapa sediakan sarananya." Seringkali saya mendaftarkan untuk semester berikut dan saya tidak mempunyai uang 50 pound yang diperlukan untuk membayar uang semester. Saya hanya datang dan berkata, "Bapa, jika Bapa ingin aku belajar, Bapa sediakan sarananya. Jika Bapa tidak mau aku belajar, aku akan melupakan gelar ini dengan senang hati. Tidak ada artinya bagiku." Apalah artinya suatu gelar? Tuhan Allah yang penting. Akan tetapi Tuhan telah memenuhi kebutuhan saya, sedemikian rupa sehingga ketika saya tamat, ibu saya berkata, "Aku tidak mengerti. Allah kamu itu benar-benar Allah Yang hidup. Aku tidak tahu bagaimana caranya tetapi benar-benar Allah kamu telah memenuhi semua kebutuhan kamu."
Saya mempraktekkan hal-hal ini; saya tahu bahwa hal-hal itu benar. Tuhan tidak mempermalukan mereka yang percaya kepada-Nya. Itulah sebabnya jika anda berkata, "Apakah orang ini bodoh karena dia tidak menyimpan uang; ia tidak memikirkan masa pensiunnya; atau bagaimana sekolah anaknya nanti, bagaimana anaknya bisa melanjutkan studi bila sudah dewasa nanti?" Allah saya akan mencukupi kebutuhan-kebutuhan saya! Jika anda menganggap hal itu suatu kebodohan, maka itu merupakan kebodohan yang berbahagia! Karena Allah tidak pernah gagal. Dia tidak pernah gagal.
Betapa berbahagianya menjadi miskin dan di dalam kemiskinan itu mengenal Allah sebagai Allah yang tidak pernah gagal. Orang kaya tidak tahu apa kehilangan mereka. Sesungguhnya mereka-lah yang miskin. Mereka tidak pernah mengalami apa yang Allah dapat lakukan bagi mereka. Apakah anda telah mengalami pemeliharaan Allah? Bagaimana anda bisa bersyukur di dalam Allah bila anda tidak tahu seperti apa rasanya mempunyai Allah sebagai Pembela anda? sebagai Penopang anda? Pemelihara anda? Kekuatan anda? 
Percaya Kepada Allah Sebagai Penopang
Pada waktu ini saya harus percaya kepada Allah dari segi lain - dari segi kekuatan fisik saya. Allah membawa kita melalui berbagai tahap latihan. Sekarang telah tiba pada tingkat di mana saya harus bergantung kepadaNya untuk kekuatan fisik, hari demi hari. Sekarang secara fisik saya begitu lemah sehingga seringkali saya katakan kepada Helen [isteri saya], "Aku tidak tahu bagaimana aku bisa bertahan menyelesaikan program pelatihan ini." Seringkali saya pulang dan kepala saya berdenyut-denyut dan saya sama sekali kehabisan tenaga. Dan saya berpikir, "Dua hari lagi, akan diadakan program pelatihan yang berikut. Aku tidak tahu bagaimana aku dapat bertahan. Aku tidak tahu bagaimana aku akan menyelesaikan program ini." Kadang-kadang, pada pagi hari, saya merasa begitu letih. Saya tidak mempunyai kekuatan untuk bangun. Akan tetapi Tuhan adalah kekuatanku. Sekarang saya harus bergantung kepada-Nya untuk kekuatan fisik.
Saya berpegang teguh kepada janji ini: "Selama umurmu kiranya kekuatanmu." [Ul.33:25] Dengan kata lain, Allah tidak pernah akan memberi tugas kepada anda tanpa memberi kekuatan untuk menyelesaikannya. Kadang-kadang karena lelah seluruh dada saya terasa sesak, saya hanya perlu berkata, "Tuhan, aku percaya bahwa Engkau dapat menolongku menyelesaikan program pelatihan ini. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa bertahan, tetapi jika aku harus mati pada akhirnya, paling tidak tolong aku menyelesaikannya sampai hari terakhir. Itulah yang akan menjadi pujian bagi-Mu dan kemuliaan-Mu." Betapa indahnya bahwa Dia menolong kita sampai selesai.
Bagi saya yang dulu secara fisik sangat kuat dan sangat sehat, sulit sekali untuk mengakui bahwa saya telah tiba pada tahap di mana secara fisik, kekuatan saya sudah tidak ada sehingga saya harus bergantung kepada Dia. Jadi, saya ini miskin, dalam semua artinya; bahkan secara fisik. Dari segi kesehatan, terpujilah Allah. Saya begitu miskin - miskin secara fisik -- sehingga setiap hari saya harus bergantung kepada kekuatanNya untuk memberitakan firman-Nya, melanjutkan tim pelatihan dan seribu seratus hal lainnya yang masih harus dilakukan: seperti memeriksa manuskrip, menulis surat dan melakukan kunjungan dan seterusnya.
Percaya Kepada Allah Sebagai Pembela
"Berbahagialah orang miskin." Kita menemukan kemiskinan ini di sepanjang Khotbah di Bukit. Dalam Mat. 5:38 dan selanjutnya, kita temukan kemiskinan orang yang tidak membalas kekerasan, yang bila ia ditampar -- dalam kelembutan hatinya - dengan kerendahan hati hanya memberi pipinya yang lain. Oh, itulah kemiskinan. "Aku tidak membalas berkelahi. Aku tidak menggunakan kemahiranku di bidang kung fu, yudo, tinju. Ya, aku menguasai yudo, aku menguasai tinju." Namun Tuhan berkata, "Tidak,Aku Yang menjadi pembelamu. Bila mereka menampar kamu, Aku, Tuhan, akan membalas." Saya menjadi miskin sampai Dia menjadi Pembela saya; saya bahkan tidak lagi membela diri saya sendiri. Saya tidak lagi menjadi menteri pertahanan untuk diri saya sendiri. Menteri pertahanan saya telah dipecat dari kabinet saya. Menteri keuangan saya juga dibatalkan. Semuanya sudah tidak ada lagi. Sekarang saya hanya mempunyai satu raja. Dia adalah raja. Dia adalah menteri luar negeri. Dia menteri kehakiman. Dia menteri pengadaan, menteri keuangan, segala sesuatunya. Saya sekarang harus bergantung kepada-Nya  untuk segala sesuatu.
Kecuali anda bisa menerima pernyataan kunci yang memulai Khotbah di Bukit, anda tidak bisa menerima apapun dari Khotbah di Bukit. Tidak ada sesuatu pun dalam Khotbah di Bukit yang bisa anda terima, bukankah begitu? Jujurlah terhadap dirimu sendiri. Anda merasa jijik dengan itu. "Berilah juga pipi kirimu." ? "Jangan begitu! Tahukah kamu ban yudo yang aku miliki? Orang brengsek yang berani memukul aku, akan ku bikin dia merasakan apa artinya menggangu orang seperti aku. Tahukah kamu tentang tinju? Tahukah kamu upper cut yang bisa aku hujamkan? Coba saja hantam aku di sini dan akan aku tunjukkan seperti apa upper cut itu, kekuatan apa yang tersimpan di dalam kepalanku ini." Tuhan berkata, "Tidak. Aku akan membalas. Percayalah kepada-Ku." Bagi manusia yang alamiah hal itu menjijikkan; ia akan berkata: "Saya tidak tahan hal ini!" Apakah anda bisa?
Mempunyai 'Iman' Dan Tidak Mengumpulkan Harta Di Bumi
Kemudian, di dalam Mat. 6:19 kita lihat hal yang sama lagi. Katanya, "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi." Anda berkata, "Jika aku tidak mengumpulkan harta, bagaimana aku hidup kalau aku tidak mempunyai pekerjaan, kalau aku pensiun, kalau aku sakit? Bagaimana aku akan hidup?" Tuhan berkata, "Pandanglah Aku. Aku akan memenuhi kebutuhan-kebutuhanmu. Apakah kamu percaya kepada-Ku atau kamu tidak percaya kepada-Ku? Apakah kamu melihat burung di udara? Aku yang memberi mereka makan. Apakah kamu melihat bunga di ladang? Aku yang mendandaninya. Aku akan memberi terlebih daripada itu untuk kamu. Percayakah kamu kepada-Ku?"
Ketahuilah, semuanya berkaitan dengan iman -- iman untuk percaya kepada Allah untuk membela anda, iman untuk percaya kepada Allah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anda. Bagaimana bila anda diperlakukan tidak baik oleh orang lain? "Janganlah menghakimi." Biarkan Allah untuk menghakimi. Anda difitnah, anda diumpat, anda diperlakukan tidak benar. Tidak apa. "Janganlah menghakimi". Biarkan Dia Yang menghakimi. Oh, panggilan menjadi murid -- betapa agung panggilan itu!
Apakah Yang Merupakan Keselamatan Dan Apa Yang Bukan Merupakan Keselamatan
Mari kita perhatikan satu hal dengan sangat jelas di sini: orang seperti apa yang bahagia? "Berbahagialah orang yang percaya bahwa....."? Tidak, bukan seperti itu. "Berbahagialah orang yang melakukan banyak amal untuk menyelamatkan dirinya?" Tidak, bukan begitu juga bunyinya. "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah.." Di sinilah terletak jantung ajaran Tuhan mengenai kehidupan Kristen, dan mengenai seluruh doktrin keselamatan. Anda diselamatkan bukan karena anda percaya doktrin-doktrin yang tepat, bukan karena anda melakukan banyak pekerjaan yang terpuji sehingga anda bisa memperoleh keselamatan anda sendiri, tetapi karena anda adalah orang yang tertentu, yaitu, miskin di hadapan Allah. Lihatkah anda betapa sempurna ajaran Tuhan? Bukan apa yang anda percaya, bukan apa yang anda perbuat; namun siapa anda itu yang penting. Di situ letaknya kekuatan dan keindahan ajaran Tuhan.
Janganlah membuat kesalahan seperti sebagian besar kaum injili di masa ini yang berpikir mereka akan diselamatkan karena mereka percaya doktrin-doktrin yang tepat walaupun mereka adalah orang-orang yang menjijikkan yang berperilaku memalukan, yang kasar dan sombong, yang percaya akan kekayaan, yang membual karena kekayaan, yang tidak simpatik, yang suka mencela dan tanpa belas kasihan. Mereka pikir karena mereka percaya akan semua doktrin yang tepat, maka mereka akan diselamatkan. Ini merupakan kebodohan.
Atau ada pun orang-orang brengsek lain yang berpikir, "Aku melakukan banyak amal; aku memberi uang kepada orang miskin; aku membantu orang lain kalau aku ada waktu, walaupun tidak sering, tetapi bila aku ada waktu aku membantu mereka; dan aku lakukan ini dan aku lakukan itu. Dan karena itu aku adalah orang baik dan patut untuk diselamatkan. Aku layak memperoleh keselamatan aku sendiri." Mereka pikir bahwa mereka dapat menyelamatkan diri sendiri melalui amal. Mereka juga orang bodoh.
Bukan apa yang anda percaya saja maupun apa yang anda lakukan. Siapa diri anda itulah yang penting di dalam ajaran Kristus. Jangan lakukan kekeliruan satu atau lainnya. Begitu banyak penginjil keliru bahwa cukup dengan percaya akan menyelamatkan; dan juga kesalahan begitu banyak orang lain, begitu banyak agama lain yang berpikir bahwa dengan amal mereka akan diselamatkan. Ini juga salah. Ajaran Tuhan menekankan bahwa siapa anda itu yang penting. Jadi persoalannya ialah: anda harus menjadi miskin di hadapan Allah. Nah, orang seperti apa yang miskin di hadapan Allah? Bagaimana kita menjadi miskin di hadapan Allah?
Bagaimana Menjadi Miskin Di Hadapan AllahSatu-satunya cara agar manusia dapat menjadi miskin di hadapan Allah adalah melalui pertobatan dan menjadi ciptaan baru. Pemazmur telah melukiskannya dengan sempurna dalam Mzm. 51. Keselamatan telah diajarkan dengan jelas di dalam Perjanjian Lama. Jika anda bertanya bagaimana anda bisa menjadi miskin di hadapan Allah, anda harus mulai dengan Mzm. 51:1: "Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu; hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku."
Itulah pertobatan. Anda menjadi miskin di hadapan Allah dan mengakui kemiskinanmu di hadapan Allah bila anda mengakui bahwa anda adalah orang yang berdosa, dan anda berkata, "Kasihanilah aku, ya Allah.... menurut rahmat-Mu yang besar, hapuskanlah dosaku." Itulah pertobatan. Pertobatan dikenal baik di dalam Perjanjian Lama dan bukan merupakan penemuan baru di dalam Perjanjian Baru. Orang-orang saleh dari Perjanjian Lama juga diselamatkan dengan kemuliaan. Mereka bisa mengajar banyak hal kepada kita mengenai keselamatan.
Bagian berikut adalah menjadi manusia baru. "Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!" [Ps. 51:12] Suatu ciptaan baru! Ya, Pemazmur telah memahaminya dengan sempurna. Anda perlu bertobat; dan anda perlu membiarkan Allah menjadikan anda kembali - membuat manusia baru daripada dirimu. Saya ulangi sekali lagi: orang-orang saleh dari Perjanjian Lama, telah diselamatkan dengan kemuliaan. Mereka mengetahui apa artinya menjadi miskin di hadapan Allah. Itulah sebabnya bila anda dijadikan baru, anda menjadi manusia baru. Jadi bukan apa yang anda percaya, bukan apa yang anda lakukan; tetapi siapa anda oleh kuasa Allah yang membuat anda menjadi manusia baru. Kita tidak mungkin dapat mewarisi kerajaan Allah kecuali dengan menjadi manusia baru.
Inilah yang dimaksudkan oleh Yoh. 3:5, ayat yang terkenal itu: "Jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah." Ini merupakan ajaran yang sama hanya dikatakan dengan kata-kata yang berbeda supaya kita mengerti apa artinya iman. Iman artinya 'percaya kepada-Nya' sedemikian rupa sehingga Allah dapat menciptakan anda kembali, supaya anda lahir kembali dari air dan Roh. Bukan iman anda yang menyelamatkan anda; Allah yang menyelamatkan anda dengan menjadikan anda miskin di hadapan-Nya. Tidak ada apa-apa yang ajaib tentang iman. Allahlah Pelaku mujizat, Yang menciptakan manusia baru.
Mewarisi Kerajaan, Menyambut Yesus Sebagai Raja!
Jadi kita mulai melihat dari Yohanes 3 bahwa 'mewarisi kerajaan' berarti mewarisi hidup yang kekal. "Merekalah yang empunya kerajaan sorga", yaitu, Allah akan memberikan kerajaan kepada mereka; Allah akan memberikan hidup yang kekal kepada mereka. Anda tidak memperoleh hidup yang kekal itu tanpa menerima sang raja. Kerajaan tidak ada artinya tanpa raja. Sewaktu anda menerima kerajaan, anda tidak akan menerima paket yang disebut 'KERAJAAN'. Anda menerima Sang Raja. Hidup yang kekal itu adalah Kristus. Di luar Kristus, anda tidak akan memperolehnya. Satu-satunya jalan untuk memperoleh hidup yang kekal ialah dengan menyambut Sang Raja. Dengan menerima Sang Raja anda menerima hidup. Hidup yang kekal merupakan konsekuensi (akibat) dari kedaulatan Yesus sebagai Raja di dalam hidup anda.
Orang kaya tidak suka mempunyai Yesus sebagai Raja. Mungkin Dia akan mengatakan kepada anda, seperti yang Ia katakan kepada orang muda yang kaya: "Juallah semua milikmu." "Ah, aku tidak mau dengar ini! Aku tidak mau dengar! Aku suka apa yang dikatakan pendeta tempo hari, 'Percaya saja kepada Yesus, dan kamu akan mempunyai hidup yang kekal. Tidak ada syarat-syarat.' Tetapi 'Jual semua milikmu'? Tidak, tidak, tidak. Itu hanya berlaku untuk orang muda yang kaya itu. Itu tidak berlaku untuk aku. Satu hukum untuk orang muda yang kaya dan hukum yang lain untukku. Haleluya! Haleluya! Betapa baiknya Allah." Jangan menipu diri sendiri. Prinsip yang sama yang berlaku terhadap orang muda yang kaya itu juga berlaku bagi kita semua. Dia tidak termasuk kategori khusus tertentu. Apakah anda berpikir bahwa dia lebih mencintai uang daripada anda dan daripada saya? Janganlah kita menipu diri sendiri! Sama sekali tidak. Hanya ada satu hukum untuk semua orang. Tidak ada dua hukum untuk orang yang berbeda: satu hukum untuk orang muda yang kaya dan satu hukum untuk saya. Tidak begitu halnya.
Orang miskinlah yang menerima Yesus sebagai raja. Dan dengan menerima Yesus sebagai Raja, anda telah menerima kerajaanNya. Kerajaan itu berarti kekuasaanNya. Bagaimana anda bisa menerima kekuasaanNya tanpa menerima Dia? Namun dengan menerima Yesus sebagai Raja, anda juga telah menerima kehidupan karena Dia adalah Raja Yang membawa hidup. "Kekuasaannya tidak akan berkesudahan." [Yes. 9:6] Dia membawa hidup yang kekal ke dalam jiwa anda.
Jadi marilah kita renungkan pertanyaan ini sekali lagi: Apakah anda miskin? Apakah anda miskin di hadapan Allah? Tahukah anda bahwa anda miskin? Apakah anda terbuka dan siap menerima? Apakah anda mempunyai iman untuk percaya kepada Allah untuk memenuhi kebutuhan rohani dan material anda? Apakah anda mempunyai iman untuk percaya kepada Allah sebagai Pembela anda bila anda ditindas? Apakah anda mempunyai iman untuk percaya bahwa Allah akan selalu menolong anda? Apakah anda menerima Yesus sebagai Raja?
oleh Pendeta Eric Chang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar