Jumat, 18 Maret 2011

Aksi panggung yang tidak memukau hati Tuhan


Secara sadar atau tidak, banyak gereja sering mengajarkan teologia persembahan yg subyektif., dimana Tuhan dijadikan alasan untuk memberikan persembahan guna mendapatkan lebih banyak lagi keuntungan bagi manusia. Kita diajarkan bersemangat dan berani untuk memberi persembahan secara kuantitatif dan mengesampingkan yg kualitatif.
  • Barangsiapa memberi maka ia akan diberi lebih banyak lagi. 
  • Barang siapa membangun rumah Tuhan maka Tuhan akan membangun rumahnya. 
  • Barangsiapa mengulurkan tangannya bagi pekerjaan Tuhan maka Tuhan akan membuka tanganNya untuk memberkati pekerjaan tangan kita. 
Konstruksi kata-kata ini benar dan berdasar, namun jika dipahami secara komprehensif, maka pernyataan tersebut adalah KALIMAT yg bersayap! karena menyatakan persembahan yg berbasis PSIKIS dan MATERIAL, Persembahan yg berorientasi manusia, persembahan yg dijadikan sebagai SARANA (alat) bukan TUJUAN.
Memberi bukan KARENA sudah diberi oleh Tuhan namun  memberi karena SUPAYA diberi.
Dengan demikian melalui ritual persembahan, sikap kita mengungkapkan motif yg sebenarnya dari persembahan yg kita bawa. Hal ini akan melekat dalam tatanan mental kita sendiri yg terdorong memberi secara kuantitatif dengan tujuan supaya dapat pengembalian yg jauh lebih besar lagi. 
Apakah pengajaran ini dapat kita jadikan sebagai sebagai acuan pembenaran sikap kita? atau bagaimana sikap kita yg seharusnya dalam memberi persembahan kepada Tuhan?
Meninjau etimologi persembahan
Memberikan "Persembahan" sangat berbeda dengan memberikan "Kolekte"
Kata persembahan berakar dari kata "sembah" atau penyembahan: menundukkan diri sambil menengadahkan tangan untuk memberikan persembahan hidup yg total dan tanpa syarat. Penyembahan tidak berangkat dari kepentingan kita tetapi karena natur kita yg sudah matic (tanpa kopling) sebagai makhluk penyembah Allah. tanpa ada dorongan eksternal sekalipun.
Berbeda dengan "kolekte" yg berasal dari kata "collect" yg berarti mengumpulkan atau menggalang dana untuk kegiatan keagamaan atau sosial yg memang didorong untuk kepentingan atau proyek tertentu.
Allah tidak menyimpan problem kepentingan dengan persembahan kita!
Karena Allah kita sangat mandiri!
Kita memberi atau tidak memberi sama sekali tidak mengurangi  atau menambahi kualitas keAllahNya. kita sendirilah yg mempersoalkan persembahan kepada Allah.


Markus. 12:38-40 
Persembahan orang kaya mewakili realita yg terjadi didalam gereja:
Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar.

1. Persembahan kepada Tuhan dijadikan sebagai aksi panggung


Memformat tatacara persembahan dengan memasukkan uang ke dalam peti persembahan yg diletakkan didepan orang banyak sangat diminati oleh banyak orang kaya, bahkan mereka tidak segan secara reaktif memberi persembahan dalam jumlah besar.
Kenyataannya memang terjadi perbedaan yang mencolok hasil persembahan yang diserahkan dengan maju ke depan dibandingkan dengan persembahan yang diserahkan dengan cara konvensional ( memasukkan dikantung persembahan yg dijalankan)
Teknik ini diharapkan dapat menstimulan orang secara “psikologis” bersedia memberi, karena semua pandangan mata tertuju pada peti persembahan. Orang akan dianggap lebih saleh ( disebut salehudin), lebih diberkati (berkahuddin) ,merasa dihargai pengorbanannya (korbanudin) saat maju kedepan.
Sikap reaktif dalam persembahan ini identik dengan spiritualitas panggung, yg menjadikan persembahan sebagai ajang tontonan. Dengan demikian seseorang yang reaktif selalu mengukur pemberiannya berdasarkan sorotan penilaian orang lain.
Spiritualitas panggung sesungguhnya merendahkan Allah dan karyaNya sebagai publikasi murahan, dan pada saat yang sama berupaya merebut kemuliaan Allah untuk kepentingan diri sendiri. Itu sebabnya poularitas spiritualitas panggung adalah cerminan persembahan yg munafik (lemus, gombal atau hipokrit) jauh dari sikap kasih kepada Allah serta sesamanya. 
Dalam praktek spiritualitas panggung, menggugah orang untuk tidak segan-segan mengeluarkan persembahan yang besar, dengan syarat seluruh persembahan mereka Dipubikasikan secara terbuka. Semakin besar media publikasinya, maka semakin besar pula jumlah dan aksi persembahan mereka. Apalagi diberi aplaus...........
Media panggung sering menjadi daya rangsang bagi mereka untuk melakukan kebaikan dan pemberian kasih secara demonstratif. Singkatnya mereka tidak memberi karena kasih yang lahir dari hati mereka, tetapi memanipulasi pemberian kasih untuk memperoleh pujian dan penghormatan. 

2. Persembahan sebagai upaya untuk menyuap Tuhan


Orang kaya, ( Ahli Torat ,orang Farisi dan para imam) menganggap bahwa Allah dapat disuap oleh besarnya persembahan.
Persembahan yg dibawa kepada Allah mengungkapkan dua hal:
  • Isi, harapan, keinginan dan tujuan yang menjadi dasar motivasi kita dalam memberi. 
  • Pengenalan kita tentang pribadi Allah. 
Jika kita memiliki gambaran Allah sebagai pribadi yang dapat dipengaruhi oleh jumlah atau besarnya suatu persembahan, maka kita akan memberikan persembahan dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya sehingga Allah akan membalas dengan berkat yang lebih berlimpah.
Padahal Allah dalam iman Kristen bukanlah Allah yang dapat dipengaruhi atau disuap oleh jumlahnya persembahan.
Yesaya 1:11, Allah berfirman: “Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?... Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan, darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai”.
Orang-orang kafir pada zaman dahulu sebenarnya mampu memberi lebih. Mereka sudah terbiasa mempersembahkan kepada para dewanya lebih dari pada sekedar hewan. Sebab orang-orang kafir pada zaman dahulu tidak segan-segan untuk mempersembahkan anaknya laki-laki atau perempuan untuk menyenangkan hati para dewanya (Ulangan 18:10).
Teologia yg dikembangkan oleh pemimpin agama saat itu adalah:
Allah dapat dikendalikan oleh upaya manusia melalui persembahannya. Sehingga dengan motif ini kita menjadi tidak merasa perlu memperhatikan nilai kualitas persembahan. Sebab yang terpenting adalah manusia mampu mengatur kemauan Allah menurut ritual dan persembahan kita.

Markus 12:41 
Tuhan memperhatikan dan menilai kualitas persembahan kita.
Apakah motif persembahan kita bersayap atau lugas? Penulis Injil Markus sengaja mengontraskan persembahan orang kaya yang memberikan uang dalam jumlah yang besar dengan persembahan seorang janda yang hanya memberi dalam jumlah yang sangat kecil. Terhadap persembahan janda tersebut,
Markus 12:43 Tuhan Yesus memberikan penilaian yang mengejutkan, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan” 

Dasar teologi Tuhan Yesus adalah:
Markus 12:44. “Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya yaitu seluruh nafkahnya” 

Dari sudut nilai ekonomis persembahan janda tersebut sangat tidak berarti dibandingkan dengan persembahan dari para orang kaya. Tetapi dari sudut penilaian Allah, persembahan janda tersebut lebih besar dan bernilai.


Berapa besar sebenarnya persembahan janda miskin ini?
Si janda ini memberi persembahan ”dua peser”. ”Peser” dalam bahasa Yunani adalah”lepton”, mata uang terkecil di antara orang Yahudi. Orang Romawi tidak mengenal dan memakai ”lepton” karena mata uang terkecil mereka adalah ”quadran” (LAI menggunakan istilah ”duit”). Satu ”quadran” sama dengan dua ”lepton”. Berapakah besarnya 1 lepton atau peser jika dikurs ke dalam Rupiah? Berdasarkan Matius 20, upah kerja satu hari adalah 1 dinar. 1 dinar sama dengan 128 lepton. Jika diasumsikan upah kerja satu hari Rp. 30.000,- maka 1 lepton sama dengan Rp. 30.000 bagi 128 yang berarti sama dengan Rp. 234,- Dibulatkan, 1 Lepton/ Peser = Rp. 250,-. Berarti, si janda miskin memberi persembahan 2 Lepton, sama dengan Rp. 500,- Dengan tidak memberi persembahan saja si janda miskin sudah susah hidupnya. Ini malah memberi persembahan dan Markus mengatakan bahwa itu adalah seluruh yang ada padanya.

Apa yg membuat persembahan janda miskin ini bernilai besar dimata Tuhan?


a. Memberi persembahan dengan melewati rintangan
Kata: "janda miskin", menunjukkan postur kehidupan sosial yg yg rawan, tanpa perlindungan bahkan masih membutuhan pertolongan. Namun kemiskinan material itu ternyata tidak menjadi penghalang (social barrier) untuk menyampaikan persembahan kepada Allah. Orang kaya memberi karena alasan kekayaannya namun orang miskin ini mempersembahkan dengan hidupnya, semuanya, yg terbaik dari yg ada padanya.
Menunjukkan pada fakta sikap orang percaya dalam memberi persembahan:
  • Ada orang miskin yg memakai kemiskinan sebagai alasan untuk tidak memberi persembahan.  
  • Ada orang miskin tidak memberi persembahan, masih minta sumbangan dari gereja. 
  • Ada orang kaya tetapi tidak mau memberi persembahan. 
  • Ada orang kaya yang sudah tidak memberi persembahan masih minta proyek dari gereja.ini....sungguh terlaluuuuuuu.....
B. Memberi persembahan tanpa tuntutan pubilikasi 


Alkitab tidak mencatat secara spesifik nama janda miskin pemberi persembahan terbesar , karena publikasi itu dianggap bukan persoalan tidak penting untuk diperdebatkan. Walaupun persembahan janda miskin: tidak dianggap orang lain, dinilai rendah, tidak perlu dicatat dalam admnisitrasi gereja, tidak ada publikasi (memang tidak ada alasan untuk mencatatnya)  tetapi Allah mencatat sebagai "persembahan yg sangat besar" bahkan IKON PERSEMBAHAN yg dimemori dalam hati Allah sendiri. 
Persembahan besar yg tidak dicatat dan dipublikasikan digereja? wah bikin ribut aja gereja dianggap telah menyelewengkan kepercayaan, hamba uang, gereja tidak menghargai donasi jemaat dll.....siap mental deh jika kita lupa tidak mempublikasikan persembahan jemaat!!!


C. Memberi persembahan adalah memakai uang untuk Tuhan


Konsep persembahan sangat bergantung kepada konsep kita terhadap uang. Bagaimana cara kita menempatkan uang dalam hidup kita? Tuhan Yesus mengatakan, ”di mana hartamu berada, di situ hatimu”. Artinya, adalah konsep kepemilikan.
Stewardship (penatalayan/ pengelola) lebih tepat dalam konteks memberikan persembahan. Kita ini bukanlah PEMILIK dari  harata benda yg Tuhan percayakan tetapi sebagai PENGELOLA milik Tuhan.
Jikalau harta kita adalah uang, maka kita akan memakai Tuhan untuk uang. Tetapi jika harta kita adalah Tuhan, maka kita akan memakai uang untuk Tuhan. Orang yang mencintai uang, sulit memberi persembahan. Orang yang mencintai Tuhan, sangat mudah memberi persembahan. Si janda miskin ini mencintai Tuhan dan bukan mencintai uang sehingga ia memberi seluruh nafkah yang ada padanya


Kenyataan yg parah dalam narasi ini adalah: ahli-ahli Taurat, memakai simbol agama untuk mengelabui rumah janda-janda. Maksudnya begini, pada waktu suami dari para janda itu meninggal, mereka meminta bantuan ahli Taurat untuk mengurusi pembagian warisan sesuai peraturan firman Tuhan. Tetapi para ahli Taurat justru memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan untuk mengambil alih sebagian harta. Saking cinta uang sampai rumah janda pun di embat. Para ahli Taurat ini, berdasarkan perkataan Tuhan Yesus dalam Lukas 16, disebut sebagai hamba uang. Mereka bukan saja tidak memberi persembahan, sebaliknya justru memakan persembahan.


D. Memberi persembahan adalah ekspresi iman 


Sebelum memberi persembahan saja, si janda miskin sudah harus beriman untuk kebutuhan hidupnya. Mana ada orang yang dapat hidup dengan 1/128 upah harian. Sedangkan saat ini, dengan 1/3 upah harian, Rp. 9 ribu saja sudah dianggap orang dibawah garis kemiskinan. Namun ia terbukti masih melakukan aktivitas ibadah bahkan masih memberikan persembahan yg terbaik dari yg ia punya. Ia tidak malu dengan yg ia punya, janda miskin ini tidak ragu dengan yg ia bawa untuk dipersembahkannya.Kebulatan tekada untuk mempesembahkan adalah spirit jiwa yg harus dikobarkannya. Kita menyaksikan demontrasi iman wanita yg dianggap tak berharga, bersinar tak tertahankan menembus sampai cinta yg tiada batas. Iman itu berkobar dengan nyala api yg tak terpadamkan. Walaupun hari besok masih harus bergumul dengan sejumlah persolan ekonomi dan konsumsi hidupnya. Janda miskin tidak merasa kekurangan dengan kemiskinannya, karena ia tahu kepada siapa ia telah mempersembahkan hidup dan haratanya.


Prioritas pengajaran Tuhan Yesus tidak membicarakan seberapa besar persembahan kita, namun bagaimana cara kita mempersembahkannya kepadaNya. 
Yang lebih mayor.......adalah Kualitas persembahan kita kepadaNya!
Jika cara kita benar maka persembahan pastilah berbanding lurus dengan kesanggupan kita untuk memberi. Jika cara kita salah maka hanya publikasi aksi panggung saja yg meramaikan gereja.
KIta tidak perlu ragu mengajarkan persembahan yg berbasiskan teologia yg benar, "memberi bukan supaya diberi namun memberi karena sudah diberi"
Justru memaksakan trend stimulan psikologis dalam memberikan persembahan adalah bentuk kekuatiran diri sendiri, seolah-olah Tuhan tidak mampu menopang kebutuhan pelayanan jika tidak kita bantu dengan banner ketuk pintu hati pemirsa atau setting persembahan sebagai aksi panggung!
Pastikan persembahan kita kepada Allah adalah penyembahan yg paling baik dan total dalam hidup kita! GBU


by Haris Subagiyo

Rabu, 16 Maret 2011

Batukarangpun masih diterpa badai


Menganalogikan kekuatan iman seperti batukarang yg teguh, tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan, tetap menjulang abadi. Menjadikan kita sering terpeleset sendiri oleh kenyataan keseharian, Karenanya kita terpaksa harus memanipulasi diri sendiri dan berstandar ganda. Benarkah semangat iman kita sanggup konsisten sepenuhnya berkekuatan muda, tetap stabil, berkobar-kobar, mantap dan kuat seolah badaipun tak mampu menggoyahkannya.
Sejujurnya:  iman kita ada saatnya berjalan dengan lunglai, manja bahkan tersenyum saja seakan dipaksakan.


Bukan saja kita yg menjadi pekerja Kristus masa kini. 
Murid-murid Tuhan dan para rasul juga menghadapi pergumulan yg sama.
Bagaimana cara kita menghadapi masa-masa ketidakstabilan iman kita dengan tetap memandang pada pribadi Kristus yg tak pernah terusik oleh perubahan.
3:1Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan:
3:2"Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"
3:3Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."
3:4Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan.
3:5Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan.
3:6Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan.
3:7Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: "Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?
3:8Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.
3:9Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!
3:10Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.
3:11Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.
3:12Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan."
3:13Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya.
3:14Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: "Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?"
3:15Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanespun menuruti-Nya.
3:16Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya,
3:17lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."


Yohanes Pembabtis megekspresikan dinamika iman kristen yg sesungguhnya!
Iman kristen adalah realita bukan obesesi
Iman kristen adalah fakta bukan impian: Jika kita sedang berjalan dalam kegontaian, keraguaan dan menanggun beban berat, sadarilah fakta iman yg pertama:


1. Iman tidak berjalan dalam ruang hampa
(Matius. 11: 2 - 3).
 “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?” 
a. Dinamika Iman:
Yohanes Pembabtis, sejak pertama kali tampil di medan pelayanan sangat mengebrak dan radikal  Pendiriannya demikian kuat bagai batu karang yang kokoh di tengah-tengah padang gurun Israel. Suaranya yang keras dan tajam mengungkap kebenaran Tuhan. Berita yg dibawanya sering menukik tajam bergema tanpa rasa takut. Dialah  aktor Perjanjian Baru yg berani menyerukan pertobatan kepada seluruh umat Israel supaya menghasilkan buah-buah pertobatan. 
Konservatif: sementara jaman terus berubah, karakretistiknya tetap tidak tereduksi oleh perubahan: mulai dari konsumsinya (makan belalang, minum madu hutan)  dan penampilannya  ( jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit)
Dengan  berani pula Yohanes Pembaptis menegur kesemuan hidup para pemimpin agama,  orang Farisi dan orang Saduki sebagai “keturunan ular beludak” (Mat. 3:7). Sampai lingkaran istanapun tak luput dari koreksinya: Dia juga tidak segan menegur secara terbuka kehidupan raja Herodes yang mengambil Herodias, isteri saudaranya, dengan pernyataan: “Tidak halal engkau mengambil Herodias” (Mat. 14:4).
Itu sebabnya Yohanes Pembaptis di Mat. 11:2 dipenjarakan, namun sekali lagi....tembok penjara serta rantai yang mengikat kedua tangan dan kakinya untuk sementara masih membuatnya idealis. 
Tetapi dalam kurun waktu berikutnya apa yg terjadi?

b. Pergumulan Iman:

Yohanes Pembaptis mulai ragu dan bertanya di dalam hatinya tentang diri Kristus: “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?” (Mat. 11:2-3).
Yohanes yg menjadi ikon konservatif dan radikal dapat menjadi loyo saat didera terpaan badai! Mental batu karang dalam diri Yohanes Pembaptis sepertinya mulai mengendur. Dia mulai bertanya-tanya dalam hati, yaitu: “Benarkah Yesus adalah Mesias, yang akan datang membaptis manusia dengan Roh Kudus dan api?” Ataukah dia masih harus menantikan seorang Mesias lain? 
Pertanyaan-pertanyaan tersebut tampaknya tidak terjawab dalam diskusi dengan batinnya, sehingga dia kemudian menyuruh beberapa muridnya untuk menemui Tuhan Yesus dengan mengajukan pertanyaan: “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?” 
Yohanes Pembaptis ingin memperoleh jawaban dan penegasan langsung dari Yesus agar keragu-raguannya tidak terus mengambang. Yohanes Pembaptis yang terkenal dengan mental batu karang yang kokoh dari padang gurun ternyata dapat membuat dia ragu-ragu dengan imannya kepada Kristus,  ketika dia diperhadapkan oleh penderitaan dan kesusahan yang dialami selama di dalam penjara.


Fakta iman kedua yg harus kita sadari:
2. Iman memiliki kapasitas tak terbatas namun tinggal dalam pribadi yg terbatas.


Tuhan Yesus menanggapi pertanyaan, keragu-raguan dan kebimbangan dari Yohanes Pembaptis dengan ramah, sama sekali tidak marah atau kecewa terhadap Yohanes Pembaptis. Tuhan Yesus menempatkan iman Yohanes dalam masih dalam batas manusiawi. 

Semua kenyataan yg fluktuatif tentang dinamika iman kita sesungguhnya  menyadarkan betapa rapuh kemanusiaan kita. Karena itu tidak ada jaminan bagi siapapun untuk senantiasa hidup benar dan kudus di hadapan Allah. Kita semua membutuhkan anugerah  setiap saat.


Kepada murid-murid Yohanes Pembaptis yang membawa tugas menyampaikan pertanyaan yang berisi keragu-raguan tersebut, Tuhan Yesus menjawab: “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang  yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku” (Mat. 11:4). 
Tuhan Yesus tidak memberikan jawaban verbalisme atau uraian teologis tentang ke-Messias-anNya. Tetapi Tuhan Yesus mengajak Yohanes Pembaptis dan para muridnya untuk menyaksikan seluruh karya-karya penyelamatan Allah telah terjadi di dalam kehidupanNya. Karya-karya Kristus yang telah dialami oleh umat Israel merupakan tanda dan bukti bahwa Dialah sang Messias, yang diutus oleh Allah.
Dia adalah Allah yg tidak terbatas bahkan oleh pertanyaan maupun  penilaian manusia! hanya iman kitalah yg memiliki kemampuan yg sangat terbatas!!!


Fakta ketiga tentang iman yg harus kita sadari:
3. Iman tidak selamanya mampu memecahkan misteri Allah


Yohanes Pembaptis sampai pada akhirnya tidak mendapatkan pembelaan secara phisik dari Tuhan Yesus.bahkan ia harus rela menjadi seorang martir.  ia mati secara tragis dengan cara dipenggal oleh Herodes. 
Hal ini menimbulkan pertanyaan “mengapa Tuhan Yesus tidak menolong dan menyelamatkan Yohanes Pembaptis?”  Bukankah Tuhan Yesus telah menyatakan bahwa Yohanes Pembaptis memiliki kedudukan yang melampaui para nabi? Menurut logika manusiawi seharusnya Tuhan Yesus memiliki kewajiban untuk melindungi Yohanes Pembaptis sehingga dia dapat melaksanakan karya Allah secara lebih luas? 
Bukankah Tuhan Yesus memiliki kuasa untuk membebaskan Yohanes Pembaptis dari penjara dan belenggu yang mengikatnya, sehingga dia tidak harus mengalami kematian yang mengerikan? Atau seandainya dia harus mati dengan cara dipenggal, bukankah Tuhan Yesus juga mampu untuk membangkitkan dia kembali sebagaimana yang terjadi dalam kisah Lazarus yang dibangkitkan dari kubur? 
Kalau mau jujur, bukankah lebih “bermanfaat” jikalau Tuhan Yesus membangkitkan Yohanes Pembaptis dari pada Dia membangkitkan Lazarus dari kematiannya? 
Mengapa Tuhan Yesus tidak memberi pertolongan apapun sehingga Yohanes Pembaptis mengalami kematian yang tragis itu?  Pertanyaan-pertanyaan tersebut juga  sering muncul dalam kehidupan kita sehari-hari. 


Mengapa Tuhan terkesan diam dan tidak menunjukkan kuasa dan pertolonganNya kepada orang yang jelas-jelas hidup benar? 
Mengapa Tuhan Yesus terkesan membiarkan beberapa orang saleh mengalami hal-hal yang sangat buruk dan tragis?
Alkitab tidak pernah memberi keterangan eksplisit tentang sikap perasaan dari Yohanes Pembaptis ketika dia akan menghadapi kematiannya. Tetapi satu hal yang mungkin adalah dalam menyikapi pergumulannya, 
Yohanes Pembaptis lebih mengedepankan pertanyaan “bagaimana” dari pada  pertanyaan “mengapa”. Maksudnya  “


  • Bagaimana secara rohaniah dia dapat menyikapi keadaannya yang paling buruk dengan tetap setia dan percaya akan janji Allah yang dinyatakan dalam diri Kristus”.
  • Bagaimana dia tetap percaya tanpa syarat kepada Tuhan Yesus sebagai Messias walaupun dia sebentar lagi akan menghadapi peristiwa kematian yang sangat menyakitkan dan mengerikan.  
  • Bagaimana dia tetap bertekad setia kepada Kristus menjadi kekuatan yg memampukan dirinya untuk menerobos (“breakthrough”) dari kebekuan misteri Allah yang tidak mudah dicerna dan dianalisa oleh pemikiran filosofis-teologis. 

Jadi pola spiritualitas “bagaimana” Yohanes Pembaptis menyikapi realita hidup yang kejam dan sewenang-wenang dengan sikap iman yang tanpa syarat, sehingga memampukan dia untuk lebih mengedepankan aspek tanggungjawabnya sebagai seorang hamba Tuhan meskipun harus dengan nyawanya.


Inilah realita iman kita sesungguhnya, dinamis namun rapuh sehingga tak seorang berani berkata aku telah menjadi kuat tanpa cengkeraman anugerah Tuhan setiap hari.:
Sebagai orang yg percaya dan hamba Kristus ,
dalam situasi tertentu kita dapat saja tampil sebagai seorang yang begitu tegar, kokoh dan tidak tergoyahkan serta tampak setia kepada Tuhan Yesus. Di hadapan sesama, kita tampak sebagai pribadi yang vokal, berani, kokoh dan penuh wibawa. Dengan suara lantang dan membuat ciut orang-orang di sekeliling kita. 


Namun ketika kita terus didera oleh berbagai penyakit, penderitaan, persolan dan kegagalan dalam usaha atau pelayanan maka mulailah kita ragu-ragu kepada Tuhan Yesus. 
Kita mulai bertanya-tanya, benarkah Tuhan Yesus sungguh-sungguh Mesias ?  Iman kita kepada Kristus mulai goyah. Hati kita mulai bimbang, apalagi keadaan buruk dan penderitaan kita tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda jalan keluar atau secercah harapan. Rasa bimbang atau ragu-ragu tersebut akhirnya makin berkembang menjadi sikap putus-asa. Tak lama kemudian sikap putus-asa tersebut dapat berkembang menjadi sikap ketidakpercayaan.
Apabila berbagai pertanyaan dan pergumulan hidup kita tidak sepenuhnya tidak terjawab, sadarlah bahwa itu tidak berarti menjadi alasan bagi kita untuk meragu-ragukan keberadaan dan kuasa Allah dalam realitas kehidupan ini.
Pertanyaan dan pergumulan kita yang terjawab tersebut tetap kita tempatkan dalam sikap iman bahwa Allah adalah Tuhan yang yg berdaulat penuh atas hidup kita.


Tidak semua misteri dan kebijaksanaan Allah dapat kita pahami secara lengkap dan memuaskan.
Namun di tengah-tengah keragu-raguan tersebut, kita juga dapat mempercayai sepenuhnya bahwa Allah berkenan menerima seluruh keberadaan dan kelemahan kita bagaikan seorang bapa yg sangat peduli kepada semua anak-anakNya. Amin GBU


Haris Subagiyo

Modal kaki lima tembus hotel bintang lima

Mengelola keterbatasan dan tantangan dalam kompetisi yg luas

Pekerjaan Tuhan bukanlah aktivitas yg boleh memisahkan diri dari sistem kerja global dan integral. Pelayanan yg sekalipun bersifat rohani, mengatas namakan Tuhan, tidak dapat bekerja menutup diri dengan tatanilai yg anggapnya benar, apa yg sedang kita kerjakan saat ini memiliki korelasi dengan fakta perubahan didunia nyata. Dalam konteks pelayanan, diakui atau tidak, akan terus terjadi kompetisi diantara kita. Kompetisi tidak salah bahkan dibutuhkan dalam kerangka kemajuan pelayanan itu sendiri. Justru tanpa kompetisi maka pelayanan akan stagnan, asal-asalan dan tidak berbobot.
Diskusi yg perlu ditengahkan adalah bagaimana kompetisi pelayanan justru berdampak pada prestasi yg mengefektifkan kerja  dan berdaya jual tinggi.


Yohanes 1 : 29 - 50

A.Kompetisi sebagai realita yg tak terhindarkan


Yohanes pembabtis dipercayai Allah dalam kapasitas sebagai pemimpin Perjanjian Baru, yg melekat dengan tanggung jawab besar, tampil dengan wibawa dan ber integritas. Sebagai manusia biasa, ia adalah hamba Tuhan, Ia punya konsep yg visioner, ia punya pengikut (murid-murid) dan ia punya martabat, sama seperti kita! 
Namun dalam Yoh. 1: 35 - 37 
mencatat tentang berpindahnya dua orang muridnya kepada Yesus.

Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya
Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah!"
"Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus."


Ucapan Yohanes Pembaptis yang menyaksikan Tuhan Yesus sebagai Anak Domba Allah mempunyai pengaruh yang langsung menggugah iman muridnya, sehingga kedua murid (Andreas dan Simon)  mengambil keputusan segera meninggalkan guru mereka dan berpindah mengikut Tuhan Yesus. Dengan berkurangya murid Yohanes Pembabtis, apakah telah terjadi persaingan antara Tuhan Yesus dengan Yohanes Pembaptis? 


Memang tidak tepat jika dikatakan telah terjadi rivalitas atau kompetisi antara Yohanes dengan Tuhan Yesus.  Karena Yohanes Pembabtis memang adalah hamba Tuhan dengan spesikasi pembuka jalan bagi pelayanan Tuhan Yesus. Dalam pekerjaan Tuhan memang tidak mengenal  formula KOMPETISI  , kita hanya mengenal Relationship (hubungan) dan Kemitraan (patnership).
Namun dari dimensi kemanusiawian kita, sejujurnya berkurangnya jumlah jemaat yg kita layani bukanlah persolan yg remeh, akibatnya sering menyisakan luka yg terus menganga, sakit hati, kecurigaan bahkan permusuhan diantara kita sesama pelayanan Tuhan.


Pertanyaan ini patut dikemukakan karena secara faktual Yohanes Pembaptis telah kehilangan 2 orang  muridnya, dan Tuhan Yesus memperoleh 2 orang murid


Bagaimanakah bila suatu gereja Tuhan kehilangan sebagian anggota jemaatnya dan mereka memilih untuk menjadi anggota di gereja yang lain? Bukankah ini merupakan bentuk kompetisi terbuka yg tak terhindarkan!


B. Kompetisi adalah pola seleksi untuk mengupdate bobot pelayanan kita


Persaingan tersebut pada hakikatnya merupakan konsekuensi logis dari dinamika pelayanan . Kini kompetisi bukan lagi menjadi hal yg tabu: dimana orang tidak  boleh membicarakan kelebihan, prestasi atau keberhasilan orang lain. Malahan sekarang ini kompetisi dimainkan secara vulgar sebagai instrumen untuk mencari pribadi yg berkarakter unggul di segala bidang. Bila perlu untuk menjabat fungsi struktur tertentu orang harus melewati FIT & PROPER TEST- orang lain diberikan hak menilai , berkomentar bahkan mengrikitiknya secara konstruktif.


Kompetisi pelayanan merupakan bagaian yg wajar untuk diterima, kita tidak dapat membuang muka terhadap kenyataan ini, sebab persaingan dalam kehidupan manusia merupakan bagian yang konstruktif, asalkan dilandasi oleh prinsip dan nilai-nilai moral kebenaran.


Apabila dalam kehidupan ini terjadi persaingan yang konstruktif, pastilah lahir perubahan, kemajuan, dan perkembangan dalam peradaban umat manusia. Jadi  yang harus kita tolak dan hindari adalah segala bentuk persaingan kotor yaitu persaingan yang menghalalkan segala macam cara dan berbagai tindakan yang tidak etis seperti teror, kelicikan, fitnah dan desas-desus. Sebab persaingan yang menghalalkan segala macam cara sesungguhnya dilandasi oleh sikap diri yang tidak kompeten,


Bagaimana kita mampu mengelola kompetisi sehingga mengubahnya menjadi prestasi? 


C. Kompetisi pelayanan harus dihadapi dengan kompetensi.


Strategi menghadapi kompetisi, tidak ditemukan cara lain kecuali kompetensi.


kata “competence” berarti: kecakapan atau keahlian, daya saing
Apabila kita memiliki kompetensi dalam pelayanan, pastilah kita berani untuk bersaing melewati pintu depan (ksatria) tidak  peduli dimana kita ditempatkan. Tetapi mereka yg tidak kompeten akan mengedepankan emosi dan otot. Sehingga eksistensi sesama pelayanan dianggap kompetitor bahkan  dijadikan lawan tanding (Sparring patner) bukan sebagai mitra kerja (patnership).
Namun dalam pelayanan  menuntut kompetisi yg berbasiskan moral, etika dan integritas diri, sehingga nafas yg dihembuskan dari kompetisi itu adalah semangat pelayanan yg sehat dan bermutu.
Bagaimana mengembangan kompetensi dalam pelayanan?


1. Kembangkan kacakapan moral sebagai hamba Kristus.


Yohanes menegur para pemimpin agama dan para teolog (orang Farisi dan Saduki) supaya menghasilkan buah sesuai dengan pertobatannya. Sikap moral yg original adalah investasi utama dan terbesar dalam pelayanan.
Kebiasaan atau kemampuan kita yg terbukti berbuat baik atau senang berbuat baik bukanlah ukuran keaslian watak kita. Kualifikasi moral yg dituntut dalam pekerjaan Tuhan adalah karakter yg dihasilkan oleh hati yg bertumbuh karena kebenaran Firman Tuhan, yg dibangun dari hubungan intim dengan Tuhan sang pemberi mandat.
  • Kita tidak dapat menjual perbuatan baik untuk menarik simpatik publik, 
  • Kita tidak dapat merekayasa watak dasar  supaya tampil bermoral menyesuaikan dengan dengan pangsa pasar.
  • Kita tidak dapat berstandar ganda guna memanipulasi diri yg sebenarnya!
Kompetensi moral pelayanan adalah terwujudnya orisinalitas watak kita yg benar-benar terpanggil untuk kemuliaanNya.


2. Kembangkan kecakapan intelektual kita


Tidak ada bukti bahwa Yohanes Pembabtis adalah sarjana teologi selevel dengan Paulus atau Gamaliel. Yang pasti Allah sendiri menganggap dirinya memliki kompetensi yg mumpuni untuk menyuarakan kebenaran secara konservatif, tegas, tanpa pandang bulu. Perhatikan pemakaian gaya bahasa yg disampaikannya sangat tajam,  terukur namun argumentatif ,menunjukkan kecerdasannya melebihi mereka yg terdidik secara formal akademis.


Pendidikan formal teologia sangat dibutuhkan dalam pembentukan karakter dan pola berpikir seorang hamba, namun keterbatasannya bukan ukuran kegagalan kompetensi pelayanan. Terbukti banyak orang yg sukses secara akademis hanya berhasil memimpin dirinya sendiri. sedangkan mereka yg berkemampuan minim akademis ternyata tampil sebagai pemimpin besar yg menjadi berkat bagi banyak orang.
Pelayanan pastinya menuntut kompetensi kecerdasan! 
  • Seorang hamba Tuhan adalah pelajar yg sangat rajin untuk belajar menggali Alkitab dan menuruti perintah Tuhan.  
  • Seorang Hamba Tuhan berperanan penting untuk menyederhanakan kompleksitas arti yg terkandung dalam Firman menjadi konsumsi cernaan yg mudah ditelan oleh lapisan yg terpinggirkan sekalipun.
  • Hamba Tuhan harus mampu menterjemahkan bahasanya Tuhan menjadi realitas yg mudah dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari.

Ini pekerjaan yg menuntut kecakapan khusus yg harus diperoleh dari pendidikan yg memadai. bukan sekedar menggali inspirasi, menyesuaikan diri dengan kabar aktual, menentukan tema kotbah dan mencari ayat-ayat pendukung saja!!! karena miskinnya penggalian Alkitab materi yg didapatpun sangat terbatas sehingga perlu ditambah kotbah pengalaman pribadi.
Atau karena kita malas untuk bersungguh-sungguh belajar Alkitab maka kita tidak menyukai eksposisi  namun mengandalkan alegori (kiasan). Ini tidaksalah namun kalau sampai terbentur dengan kesulitan intepretasi kemudian diartikan saja secara rohani maka kita sedang membohongi mereka yg kita layani! 
Ingatlah bahwa mereka yg kita layani adalah pribadi yg tinggal dalam dunia yg dinamis, berkembang dengan cepat, dengan sebaran informasi yg akurat cepat dan bermutu.  Tidak menutup kemungkinan mereka juga punya kemampuan untuk menggali Alkitab lebih baik. 


Dapatkah  pelayanan akan menggelinding sendiri menuju keberhasilan tanpa diimbangi dengan kecerdasan sikap dan pola pikir kita yg up to date?
Jadi kembangkanlah kecerdasan kita menjadi semakin baik lagi.!




3. Kembangkan kecakapan manajerial kita


Yohanes Pembabtis adalah seorang yg sangat disiplin dengan tanggung jawabnya! Walaupun pelayanan sangat unik:
  • Ia hanyalah "suara" yg menyampaikan pertobatan
  • Ia adalah pasukan pembuka jalan
  • Ia hanya menlayani dipadang belantara

Tugasnya berhasil sampai pada tercapainya jalan untuk kerja pelayanan Tuhan Yesus.
Sehingga ketika orang-orang yg dimuridkannya sekarang berpindah kepada Tuhan Yesus justru itu dianggap sebagai tujuan dari pelayanannya. - membawa orang pada Mesias!
Yohanes Pembabtis adalah sosok yg low profile, tidak gembar gembor didalam gedung mewah, tampil apa adanya namun berhasil dalam kompetensinya membuka jalan bagi Tuhan Yesus. Dapat kita pahami bahwa sesungguhnya Yohans Pembabtis adalah:


a. Seorang hamba Tuhan yg fokus pada tujuan
b. Seorang hamba Tuhan yg sangat disiplin dalam panggilan hidupnya.
c. Seorang hamba Tuhan yg berkarakter hamba.


Singkatnya Yohanes layak dianggap kompeten mengerjakan tugas pelayanan secara spesifik karena kecakapannya dalam mengelola hidupnya.
  • Walaupun ia ditempatkan di padang belantara (desa terpencil, tidak listrik, tidak ada TV apalagi internet) namun suaranya menggema sampai istana.
  • Walaupun yg ia tampilkan hanya sebagai suara namun dampaknya bung.......mengubahkan sikap banyak orang untuk bertobat.
  • Walaupun makanannya madu  hutan dan belalang tetapi pelayanannya powerfull (sangat bertenaga) menyerukan pertobatan massal.
  • Walaupun peformanya seperti orang desa - hanya memakai bulu unta dan ikat pinggang kulit, namun  menggebrak para intelektual, pejabat bahkan menggetarkan hati seorang raja.
Ini adalah adalah keberhasilan megelola apa yg ada dalam diri kita, dengan segala keterbatasan dan kelebihan untuk pelayanan yg maksimal. Pola pelayanan Yohanes Pembabtis sepertinya mengadopsi propaganda masa kini: "Modal kaki lima tembus hotel bintang lima"  
awas jangan terbalik redaksinya!
  • Pelayanan model kaki lima tapi amplopnya brooooo .......bintang lima  ! 
  • walaupun pelayanan minimalis tetapi seleranya metropolis! 
  • walaupun kalah nasi asal jangan kalah dasi !
Konstruksi ulang formula pelayanan kita!
kompetisi yg menuntut perubahan semuanya, yg paling baik dengan kekuatan ekstra. Walaupun dengan segala keterbatasan dan dipenuhi berbagai rintangan namun tetap harus disikapi secara cerdas! Kita tidak dapat menyalahkan keadaan, orang, kurangnya investasi, minimnya support moral dan keuangan. sebagai alasan untuk tidak mendayagunakan apa yg sedang Tuhan anugerahkan  sekarang ini sebagai investasi besar 


Kompetensi adalah jawaban atas bentuk kompetisi apapun yg sedang kita hadapi. 
Jangan pernah menyerah dengan segala keterbatasan, kekurangan dan rintangan dalam melayani Tuhan.
Pilihan Allah terhadap diri kita adalah panggilan Allah yg tepat, sudah direncanakan, ditujukan pada orang yg tepat, dengan kapasitas yg tepat dan diberikan pada tempat yg tepat. sehingga tak ada jalan lagi kita berbelok arah menjauhi panggilanNya, kecuali satu hal: mengembangkan kompensi kita semaksimal mungkin bersama Tuhan yg kita layani,
 Amin GBU


by Haris Subagiyo




Hamba Tuhan juga manusia





Memenuhi panggilan sebagai hamba Tuhan seperti bermetamorfosis sebagai manusia unggul,  memiliki kualitas hidup yg tegar, sabar, berwibawa, sakti mandraguna, selalu hidup dalam kesalehan....., 
Menjadi hamba Tuhan seolah harus mememiliki setting penampilan, gaya hidup, selera, cara perilaku, budi bahasa serba teratur, terukur tidak boleh salah.. Ya.....seperti memasuki dunia lain, Kehadirannya diyakini membawa atmosfir perubahan, perkataannya menjadi sabda pandita ratu, apa yg didoakan pasti dijawab Tuhan. seolah-olah jauh sekali dari masalah hidup. Idealisnya seorang hamba Tuhan tidak boleh sedih, lemah, sakit, gagal apalagi kagetan.....atau jantungan...
Benarkah hamba Tuhan bukan menjadi seperti manusia lagi?
KIta perlu berterus terang tentang realitas keseharian sebagai hamba Tuhan yg adalah manusia biasa!

Yesaya 6 
ayat.1 Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nyamemenuhi Bait Suci.
ayat.8 Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!"


Apa relevansinya kematian raja Uzia, kemuliaan Tuhan dan panggilan pelayanan?
2 Tawarikh 26 : 1 -1 26 melatarbelakangi kehidupan raja Uzia
Tahun kematian raja Uzia adalah indikasi telah berakhirnya jaman kejayaan pemerintahan Yehuda sekaligus kembalinya masa depan suram pekerjaan Tuhan.
Dalam masa pemerintahan raja Uzia yg dibimbing oleh Zakaria, telah berhasil mereformasi disegala bidang yg membuat makmur ekonomi, sosial, budaya dan spiritual. 

Diskripsi keberhasilan raja Uzia dipapar sangat panjang:
a. Uzia menjadi ikon perubahan dan masa depan, seluruh mata tertuju dan berharap pada keberlangsungan pemerintahan untuk terus mencatat prestasi gemilang.
b. Uzia menjadi model orang yg sangat berhasil memajukan kesejahteraan rakyat. Sektor pertanian dan peternakan sangat berkembang, ketersediaan air irigasi terjamin, sehingga ekonomi masyarakat menjadi semakin baik.
c.Uzia menjadi lambang kemakmuran dan ketentraman hidup, karena semua bangsa tetangganya sangat gemetar dengannya.
d. Uzia merepresentasikan kemajuan teknologi canggih dalam jamannya. (ayat.12-15)
Dalam budaya masa kini penemuannya adalah inovasi teknologi canggih: karena ia sudah berhasil memperlengkapi tentaranya dengan perisai, tombak, ketopong, baju zirah, busur panah dan batu umban. Harap dicatat bahwa pada jaman itu bisa membuat perisai dan tombak adalah suatu teknologi yang sangat tinggi. Bahkan ia membuat alat-alat perang yang bisa menembakkan anak panah dan batu besar ke pihak musuh. Alat-alat perang ini hasil penemuan seorang ahli, Dia bisa menciptakan senjata yang belum ada pada bangsa-bangsa lain.
Salah satu alasan mengapa pada jaman Daud bangsa Israel terus-menerus kalah melawan Filistin? Karena secara teknis orang Filistin menguasai komoditi besi dan logam berat, sedangkan Israel belum bisa bikin tombak. Baru tiga abad kemudian, teknologi itu kembali ditemukan padahal sebelumnya sudah dibikin oleh Uzia. 
e.. Uzia adalah jendral perang yg jenius, kaya strategi (ayat.11)
Negara dikelola secara baik dengan mengedepankan unsur pertahanan dan keamanan terjamin. saat itu ia mempunyai 2600 prajurit kopassus yang ahli berperang ditambah 307.500 orang tentara profesional.
Tidak ada yang bisa menandingi masa kejayaan di dalam sejarah kerajaan Israel seperti pada waktu masa pemerintahan raja Salomo. Setelah Salomo mati, kerajaannya terpecah dua, Israel dan Yehuda. Kerajaan Israel makin lama makin jahat, sedangkan kerajaan Yehuda kadang-kadang punya raja yang sedikit agak baik, tetapi juga punya raja jahat. Itu adalah masa kerajaan Yehuda yang makin lama terus menurun. Tetapi ada seorang raja muda, umurnya baru  16 tahun maju dan berdiri sekaligus cinta Tuhan. 
Banyak orang menaruh pengharapan yang besar kepada dia. Selama 25 tahun pemerintahannya dia sudah mencapai prestasi yang begitu tinggi. Namanya begitu termasyur sampai ke negeri-negeri yang jauh. Tetapi raja Uzia sudah tiada bukan dalam kemegahan justru dalam kehinaan, bukan dalam kesetiaan pada Tuhan justru pada pemberontakan pada Allah, akhir hidupnya sangat tragis, tak menandakan bahwa ia pernah menjadi seorang raja yg berhasil. .....

Bagi nabi Yesaya, kematian raja Uzia bagaikan pukulan berat yg membingungkan pikirannya! sehingga ia mengambil waktu untuk berdoa menyampaikan pergumulan pelayanan kepada TUHAN.didalam bait Allah.
Apa respon TUHAN atas kegalauan hati Yesaya?
TUHAN menampakkan Diri dengan menunjukkan:
  • Tahta kemuliaan Allah
  • Puncak jubah Allah memenuhi bait suci
  • Pelayanan kerubim
Apa artinya pesan Tuhan bagi kita yg menjadi hamba Tuhan masa kini?

I. Hamba Tuhan juga perlu menata ulang  iman kepada Tuhan (MEREKONSTRUKSI)

Yesaya sebagai hamba Tuhan sempat terpukau dengan kemuliaan tahta raja Uzia, sehingga Tuhan hendak mengkontraskan eksistensiNya yg sangat amat mulia, bersinar-sinar megah,..sangat mengagumkan tiada bandingnya.dengan apa yg pernah dirasakan Yesaya, saat nunut kamulyan (menumpang kemuliaan) raja Uzia.
Selama 25 tahun masa keberhasilan pemerintahan Uzia, Yesaya telah merasakan banyak akses, kemudahan, fasilitas pelayanan dari seorang raja yg diberkati Tuhan. Pelayanan Yesaya  tidak perlu menguras banyak energi, karena support yg sangat besar,  ia cukup numpang saja pada otoritas raja yg sangat cinta Tuhan maka pelayanan akan menggelinding dengan sendirinya. Perjumpaan Yesaya dengan Tuhan hendak menegaskan bahwa:

a. Tahta kemuliaan raja betapapun hebatnya berpotensi runtuh tanpa terduga (ayat.16)
Tidak seorangpun dapat menduga seorang raja yg cinta Tuhan tiba-tiba...ge  de....buk... jatuh dalam dosa ketidak setiaan, sehingga tangan Tuhan harus memukul sekeras-kerasnya, sampai ia mati seperti orang yg tak bermartabat.

b. Tahta kemuliaan raja berpotensi menyilaukan pandangan kita
Yesasa sebagai hamba Tuhan tidak dapat mengelak berbagai fasilitas pelayanan yg didapat dari pemerintahan yg takut akan Tuhan. Namun kemilau sinar keberhasilan tangan manusia memungkinkan orang melupakan sumber pertolongan yg sebenarnya. Tetapi sekarang ini, dalam kekagetannya , ia melihat orang yg sangat baik tiba-tiba jatuh, ia menjadi risau tentang masa depan pelayanan tanpa proteksi dari pemerintahan....
Saat itulah Allah menyatakan sinar kemuliaan tahta Raja diatas segala Raja yg jauh lebih berkilau dari kemuliaan Uzia.
Tuhan hendak menjelaskan secara detail bahwa sumber keberhasilan pemerintahan Uzia itu karena Tangan Tuhan.
Ayat .5 Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Dan selama ia mencari TUHAN, Allah membuat segala usahanya berhasil.
ayat. 15 Ia membuat juga di Yerusalem alat-alat perang, ciptaan seorang ahli, yang dapat menembakkan anak panah dan batu besar, untuk ditempatkan di atas menara-menara dan penjuru-penjuru. Nama raja itu termasyhur sampai ke negeri-negeri yang jauh, karena ia ditolong dengan ajaib sehingga menjadi kuat.
Yesaya tersentak dengan jawaban Tuhan yg menjelaskan duduk perkara sebenarnya, bahwa ia harus membawa mengembalikani pengabdiannya pada cara yg benar, pada sumber yg benar, pada kekuatan yg benar dan pada tujuan yg murni. 
Berbagai Akses dan fasilitas pelayanan selama 25 tahun terbukti tidak membuatnya 100% sadar bahwa sumber pertolongan datangnya dari Tuhan.  malahan telah mempesona gairah emosinya untuk terus terpukau dengan kebaikan dan kehebatan anak muda yg bernama Uzia. Walaupun masa depan pelayanan menghadapi kesulitan yg hebat namun Yesaya  setelah berjumpa dengan Tuhan tak lagi gentar menghadapinya.
Tidak ada yg salah dengan fasilitas atau akses pelayanan yg kita dapat dari teman, sahabat, pejabat, sponsor atau bahkan pejabat negara. toh memang juga membutuhkannya. Persoalan yg menyertainya adalah kecenderungan kita menyandarkan hidup dan pelayanan kita pada tangan lain (other hand) bukan tangan Tuhan (His hand).


II. Hamba Tuhan juga perlu meneguhkan kembali panggilan pelayanan (MERE-DeDIKASI)
Yesaya 6:.6
Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!"
Bagian ini menjelaskan bagaimana seorang nabi Tuhan yang sudah melayani Tuhan kembali memiliki hati yang dibawa kembali kepada Tuhan.  Pastinya ini bukan panggilan pelayanan yg pertama Ini menegaskan tentang re-dedikasi pelayanan .
Tuhan bertanya, “Siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka Yesaya menjawabnya dengan kalimat yang sangat indah ini, “Tuhan, ini aku.” pakailah aku......
karena sesudah itu di ayat 9  Tuhan bilang, “Aku akan mengutus engkau kepada bangsa yang tidak mau mendengar apa yang engkau katakan.” Tetapi Yesaya tidak menjadi takut dan gentar, karena peristiwa berjumpa dengan Tuhan itu sudah menjadi api dan kekuatan yang membakar pelayanan. 
Pengabdian bukanlan komitmen yg bernilai abadi walaupun diterpa banyak persoalan. Pengabdian juga bukan komitmen murahan yg sangat mudah kita permainkan untuk mendapat simpati. Sejujurnya pengabdian kita kepada Tuhan sering berubah-ubah sesuai arah angin. Yesaya telah nebeng kemuliaan raja Uzia untuk memajukan pelayanannya. Kematian Uzia membuatnya berpikir telah memasuki masa depan pelayanan yg suram...?
Panggilan Tuhan kepadanya kali ini adalah: Penguatan panggilan pertama (re-dedikasi), ini adalah penyegaran panggilan, atau pembaharuan panggilan supaya pelayanannya semakin efektif (berdayaguna).
Memasuki konsep pelayanan yg sangat sulit tanpa topangan fasilitas raja, apakah Yesaya bersedia?
Adalah kegentaran bagi kita saat melihat perubahan jaman yg sering tidak mengkondisikan idealnya pelayanan untuk berkembang. KIta menghitung investasi yg sangat terbatas, kapasitas diri yg rata-rata, tidak ada akses, kecil support namun harus eksis bahakn progresif bisakah......mungkinkah? membauat kita kadang limbung dalam diskusi dengan diri sendiri.
Penting bagi kita untuk bertanya sekali lagi pada diri sendiri
Masih sanggupkah kita melayani Tuhan sekarang ini , apakah harus pensiun dini atau  banting setir saja....
Hamba Tuhan juga perlu re-dedikasi!
III. Hamba Tuhan juga perlu mengkonsep ulang tujuan pelayanan (MEREFORMULASI) ayat.2-3


Mengapa Tuhan perlu membawa Yesaya kembali melihat kesucianNya dan pekerjaan pe layanan serafim?  Serafim adalah makhluk malaikat bertingkat tinggi; Nama mereka berasal dari kata 'seraph' (harfiah -- "makhluk yang menyala") mungkin menunjukkan kemurnian mereka sebagai yang melayani Allah di sekitar takhta-Nya; mereka mencerminkan kemuliaan Allah sedemikian rupa sehingga kelihatan seperti terbakar. Dari sikap dan perkataan yg terus disampaikan menjelaskan bahwa 
Apa relevansinya dengan pelayanan Yesaya?
1. Pelayanan adalah tindakan PENYEMBAHAN.
Serafim adalah para malaikat yang menyembah Allah secara terus menerus, mereka secara khusus memusatkan diri untuk menyembah Allah. 
Pelayanan adalah tindakan penyembahan: dimana kita membungkukkan diri untuk memberi persembahan secara utuh kepada Tuhan dengan rasa hormat, kagum, syukur. Perhatikan bagaimana pelayanan pekerjaan Tuhan telah banyak bergeser arah menjadi tindak untuk mengeksploitasi Allah bagi kepentingan diri manusia.. Jadi kerja pelayanan telah banyak dirubah formulanya bukan untuk memberi kepada Allah. Melayani untuk mendapatkan, melayani untuk menerima, melayani untuk saya.
2. Pelayanan bukan karena alasan KAPASITAS
Serafim berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!" 
Apa artinya kualitas perbuatan moral kita walupun oleh orang lain telah dianggap memenuhi standar moral diatas rata-rata namun jika kita berhadapan dengan kekudusan Tuhan. Malaikat Tuhanpun tak sanggup membuka wajahnya memandang kekudusan Allah.
  • Pelayanan sama sekali tidak berbicara pengalaman perbuatan baik kita
  • Pelayanan juga tidak berbicara tentang besarnya kemampuan kerja kita
  • Pelayanan juga tidak berbicara masalah kecerdasan orasi kita
JIka kita dipanggil untuk melayaniNya itu menunjukkan besarnya anugerah yg dipercayakan kepada kita. Panggilan itu adalah inisiatif Allah sendiri bukan karena ada potensi besar yg mau dimanfaatkan Allah dari diri kita. Dia adalah Allah mandiri dalam karya. JIka Dia bersedia memakai kita, itu adalah anugerahNya!.


3. Pelayanan dibangun diatas dasar RELASI bukan sekedar komitmen pelayanan.


Komposisi anatomi sayap serafim yg berjumlah enam :  empat sayap dipakai dalam kaitannya penyembahan sedang dua sayap dipakai untuk terbang atau bekerja melayani Tuhan. Menjelaskan dominasi relasi pribadi manusia dengan Tuhan merupakan dasar dibangunnya pelayanan. Pelayanan sejati bukan dibangun diatas dasar komitmen, kemauan yg sangat kuat untuk melayani karena nyatanya komitmen manusia yg bermetraipun dapat berubah-ubah apalagi komitmen dengan Tuhan yg tidak kelihatan!


Hamba Tuhan adalah manusia biasa, punya rasa, punya hati......
Hamba Tuhan juga bisa salah, gagal dan silau dengan dunia dengan segala kemegahannya.....
Hamba Tuhan juga butuh KESEMPATAN KEDUA untuk membangun pelayanannya menjadi semakin efektif lagi!


Namun Allah dengan segala kemegahanNya telah menyediakan fasilitas yg jauh lebih hebat daripada yg pernah ditawarkan oleh dunia ini. 
Allah menawarkan kemuliaan tiada tanding
Allah menawarkan kekuatan yg tanpa batas
Allah menawarkan penyertaan yg sempurna
Allah rindu mentransfer segala kekuatan , kasih, kemurahan, anugrahnya secara lengkap dalam hidup kita. Supaya kita yg menjadi  hamba Tuhan yg manusia biasa menjadi mitra kerja yg luar biasa.
Inilah waktunya sekarang untuk mewujudkannya! GBU
by Haris Subagiyo