Rabu, 16 Maret 2011

Modal kaki lima tembus hotel bintang lima

Mengelola keterbatasan dan tantangan dalam kompetisi yg luas

Pekerjaan Tuhan bukanlah aktivitas yg boleh memisahkan diri dari sistem kerja global dan integral. Pelayanan yg sekalipun bersifat rohani, mengatas namakan Tuhan, tidak dapat bekerja menutup diri dengan tatanilai yg anggapnya benar, apa yg sedang kita kerjakan saat ini memiliki korelasi dengan fakta perubahan didunia nyata. Dalam konteks pelayanan, diakui atau tidak, akan terus terjadi kompetisi diantara kita. Kompetisi tidak salah bahkan dibutuhkan dalam kerangka kemajuan pelayanan itu sendiri. Justru tanpa kompetisi maka pelayanan akan stagnan, asal-asalan dan tidak berbobot.
Diskusi yg perlu ditengahkan adalah bagaimana kompetisi pelayanan justru berdampak pada prestasi yg mengefektifkan kerja  dan berdaya jual tinggi.


Yohanes 1 : 29 - 50

A.Kompetisi sebagai realita yg tak terhindarkan


Yohanes pembabtis dipercayai Allah dalam kapasitas sebagai pemimpin Perjanjian Baru, yg melekat dengan tanggung jawab besar, tampil dengan wibawa dan ber integritas. Sebagai manusia biasa, ia adalah hamba Tuhan, Ia punya konsep yg visioner, ia punya pengikut (murid-murid) dan ia punya martabat, sama seperti kita! 
Namun dalam Yoh. 1: 35 - 37 
mencatat tentang berpindahnya dua orang muridnya kepada Yesus.

Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya
Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah!"
"Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus."


Ucapan Yohanes Pembaptis yang menyaksikan Tuhan Yesus sebagai Anak Domba Allah mempunyai pengaruh yang langsung menggugah iman muridnya, sehingga kedua murid (Andreas dan Simon)  mengambil keputusan segera meninggalkan guru mereka dan berpindah mengikut Tuhan Yesus. Dengan berkurangya murid Yohanes Pembabtis, apakah telah terjadi persaingan antara Tuhan Yesus dengan Yohanes Pembaptis? 


Memang tidak tepat jika dikatakan telah terjadi rivalitas atau kompetisi antara Yohanes dengan Tuhan Yesus.  Karena Yohanes Pembabtis memang adalah hamba Tuhan dengan spesikasi pembuka jalan bagi pelayanan Tuhan Yesus. Dalam pekerjaan Tuhan memang tidak mengenal  formula KOMPETISI  , kita hanya mengenal Relationship (hubungan) dan Kemitraan (patnership).
Namun dari dimensi kemanusiawian kita, sejujurnya berkurangnya jumlah jemaat yg kita layani bukanlah persolan yg remeh, akibatnya sering menyisakan luka yg terus menganga, sakit hati, kecurigaan bahkan permusuhan diantara kita sesama pelayanan Tuhan.


Pertanyaan ini patut dikemukakan karena secara faktual Yohanes Pembaptis telah kehilangan 2 orang  muridnya, dan Tuhan Yesus memperoleh 2 orang murid


Bagaimanakah bila suatu gereja Tuhan kehilangan sebagian anggota jemaatnya dan mereka memilih untuk menjadi anggota di gereja yang lain? Bukankah ini merupakan bentuk kompetisi terbuka yg tak terhindarkan!


B. Kompetisi adalah pola seleksi untuk mengupdate bobot pelayanan kita


Persaingan tersebut pada hakikatnya merupakan konsekuensi logis dari dinamika pelayanan . Kini kompetisi bukan lagi menjadi hal yg tabu: dimana orang tidak  boleh membicarakan kelebihan, prestasi atau keberhasilan orang lain. Malahan sekarang ini kompetisi dimainkan secara vulgar sebagai instrumen untuk mencari pribadi yg berkarakter unggul di segala bidang. Bila perlu untuk menjabat fungsi struktur tertentu orang harus melewati FIT & PROPER TEST- orang lain diberikan hak menilai , berkomentar bahkan mengrikitiknya secara konstruktif.


Kompetisi pelayanan merupakan bagaian yg wajar untuk diterima, kita tidak dapat membuang muka terhadap kenyataan ini, sebab persaingan dalam kehidupan manusia merupakan bagian yang konstruktif, asalkan dilandasi oleh prinsip dan nilai-nilai moral kebenaran.


Apabila dalam kehidupan ini terjadi persaingan yang konstruktif, pastilah lahir perubahan, kemajuan, dan perkembangan dalam peradaban umat manusia. Jadi  yang harus kita tolak dan hindari adalah segala bentuk persaingan kotor yaitu persaingan yang menghalalkan segala macam cara dan berbagai tindakan yang tidak etis seperti teror, kelicikan, fitnah dan desas-desus. Sebab persaingan yang menghalalkan segala macam cara sesungguhnya dilandasi oleh sikap diri yang tidak kompeten,


Bagaimana kita mampu mengelola kompetisi sehingga mengubahnya menjadi prestasi? 


C. Kompetisi pelayanan harus dihadapi dengan kompetensi.


Strategi menghadapi kompetisi, tidak ditemukan cara lain kecuali kompetensi.


kata “competence” berarti: kecakapan atau keahlian, daya saing
Apabila kita memiliki kompetensi dalam pelayanan, pastilah kita berani untuk bersaing melewati pintu depan (ksatria) tidak  peduli dimana kita ditempatkan. Tetapi mereka yg tidak kompeten akan mengedepankan emosi dan otot. Sehingga eksistensi sesama pelayanan dianggap kompetitor bahkan  dijadikan lawan tanding (Sparring patner) bukan sebagai mitra kerja (patnership).
Namun dalam pelayanan  menuntut kompetisi yg berbasiskan moral, etika dan integritas diri, sehingga nafas yg dihembuskan dari kompetisi itu adalah semangat pelayanan yg sehat dan bermutu.
Bagaimana mengembangan kompetensi dalam pelayanan?


1. Kembangkan kacakapan moral sebagai hamba Kristus.


Yohanes menegur para pemimpin agama dan para teolog (orang Farisi dan Saduki) supaya menghasilkan buah sesuai dengan pertobatannya. Sikap moral yg original adalah investasi utama dan terbesar dalam pelayanan.
Kebiasaan atau kemampuan kita yg terbukti berbuat baik atau senang berbuat baik bukanlah ukuran keaslian watak kita. Kualifikasi moral yg dituntut dalam pekerjaan Tuhan adalah karakter yg dihasilkan oleh hati yg bertumbuh karena kebenaran Firman Tuhan, yg dibangun dari hubungan intim dengan Tuhan sang pemberi mandat.
  • Kita tidak dapat menjual perbuatan baik untuk menarik simpatik publik, 
  • Kita tidak dapat merekayasa watak dasar  supaya tampil bermoral menyesuaikan dengan dengan pangsa pasar.
  • Kita tidak dapat berstandar ganda guna memanipulasi diri yg sebenarnya!
Kompetensi moral pelayanan adalah terwujudnya orisinalitas watak kita yg benar-benar terpanggil untuk kemuliaanNya.


2. Kembangkan kecakapan intelektual kita


Tidak ada bukti bahwa Yohanes Pembabtis adalah sarjana teologi selevel dengan Paulus atau Gamaliel. Yang pasti Allah sendiri menganggap dirinya memliki kompetensi yg mumpuni untuk menyuarakan kebenaran secara konservatif, tegas, tanpa pandang bulu. Perhatikan pemakaian gaya bahasa yg disampaikannya sangat tajam,  terukur namun argumentatif ,menunjukkan kecerdasannya melebihi mereka yg terdidik secara formal akademis.


Pendidikan formal teologia sangat dibutuhkan dalam pembentukan karakter dan pola berpikir seorang hamba, namun keterbatasannya bukan ukuran kegagalan kompetensi pelayanan. Terbukti banyak orang yg sukses secara akademis hanya berhasil memimpin dirinya sendiri. sedangkan mereka yg berkemampuan minim akademis ternyata tampil sebagai pemimpin besar yg menjadi berkat bagi banyak orang.
Pelayanan pastinya menuntut kompetensi kecerdasan! 
  • Seorang hamba Tuhan adalah pelajar yg sangat rajin untuk belajar menggali Alkitab dan menuruti perintah Tuhan.  
  • Seorang Hamba Tuhan berperanan penting untuk menyederhanakan kompleksitas arti yg terkandung dalam Firman menjadi konsumsi cernaan yg mudah ditelan oleh lapisan yg terpinggirkan sekalipun.
  • Hamba Tuhan harus mampu menterjemahkan bahasanya Tuhan menjadi realitas yg mudah dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari.

Ini pekerjaan yg menuntut kecakapan khusus yg harus diperoleh dari pendidikan yg memadai. bukan sekedar menggali inspirasi, menyesuaikan diri dengan kabar aktual, menentukan tema kotbah dan mencari ayat-ayat pendukung saja!!! karena miskinnya penggalian Alkitab materi yg didapatpun sangat terbatas sehingga perlu ditambah kotbah pengalaman pribadi.
Atau karena kita malas untuk bersungguh-sungguh belajar Alkitab maka kita tidak menyukai eksposisi  namun mengandalkan alegori (kiasan). Ini tidaksalah namun kalau sampai terbentur dengan kesulitan intepretasi kemudian diartikan saja secara rohani maka kita sedang membohongi mereka yg kita layani! 
Ingatlah bahwa mereka yg kita layani adalah pribadi yg tinggal dalam dunia yg dinamis, berkembang dengan cepat, dengan sebaran informasi yg akurat cepat dan bermutu.  Tidak menutup kemungkinan mereka juga punya kemampuan untuk menggali Alkitab lebih baik. 


Dapatkah  pelayanan akan menggelinding sendiri menuju keberhasilan tanpa diimbangi dengan kecerdasan sikap dan pola pikir kita yg up to date?
Jadi kembangkanlah kecerdasan kita menjadi semakin baik lagi.!




3. Kembangkan kecakapan manajerial kita


Yohanes Pembabtis adalah seorang yg sangat disiplin dengan tanggung jawabnya! Walaupun pelayanan sangat unik:
  • Ia hanyalah "suara" yg menyampaikan pertobatan
  • Ia adalah pasukan pembuka jalan
  • Ia hanya menlayani dipadang belantara

Tugasnya berhasil sampai pada tercapainya jalan untuk kerja pelayanan Tuhan Yesus.
Sehingga ketika orang-orang yg dimuridkannya sekarang berpindah kepada Tuhan Yesus justru itu dianggap sebagai tujuan dari pelayanannya. - membawa orang pada Mesias!
Yohanes Pembabtis adalah sosok yg low profile, tidak gembar gembor didalam gedung mewah, tampil apa adanya namun berhasil dalam kompetensinya membuka jalan bagi Tuhan Yesus. Dapat kita pahami bahwa sesungguhnya Yohans Pembabtis adalah:


a. Seorang hamba Tuhan yg fokus pada tujuan
b. Seorang hamba Tuhan yg sangat disiplin dalam panggilan hidupnya.
c. Seorang hamba Tuhan yg berkarakter hamba.


Singkatnya Yohanes layak dianggap kompeten mengerjakan tugas pelayanan secara spesifik karena kecakapannya dalam mengelola hidupnya.
  • Walaupun ia ditempatkan di padang belantara (desa terpencil, tidak listrik, tidak ada TV apalagi internet) namun suaranya menggema sampai istana.
  • Walaupun yg ia tampilkan hanya sebagai suara namun dampaknya bung.......mengubahkan sikap banyak orang untuk bertobat.
  • Walaupun makanannya madu  hutan dan belalang tetapi pelayanannya powerfull (sangat bertenaga) menyerukan pertobatan massal.
  • Walaupun peformanya seperti orang desa - hanya memakai bulu unta dan ikat pinggang kulit, namun  menggebrak para intelektual, pejabat bahkan menggetarkan hati seorang raja.
Ini adalah adalah keberhasilan megelola apa yg ada dalam diri kita, dengan segala keterbatasan dan kelebihan untuk pelayanan yg maksimal. Pola pelayanan Yohanes Pembabtis sepertinya mengadopsi propaganda masa kini: "Modal kaki lima tembus hotel bintang lima"  
awas jangan terbalik redaksinya!
  • Pelayanan model kaki lima tapi amplopnya brooooo .......bintang lima  ! 
  • walaupun pelayanan minimalis tetapi seleranya metropolis! 
  • walaupun kalah nasi asal jangan kalah dasi !
Konstruksi ulang formula pelayanan kita!
kompetisi yg menuntut perubahan semuanya, yg paling baik dengan kekuatan ekstra. Walaupun dengan segala keterbatasan dan dipenuhi berbagai rintangan namun tetap harus disikapi secara cerdas! Kita tidak dapat menyalahkan keadaan, orang, kurangnya investasi, minimnya support moral dan keuangan. sebagai alasan untuk tidak mendayagunakan apa yg sedang Tuhan anugerahkan  sekarang ini sebagai investasi besar 


Kompetensi adalah jawaban atas bentuk kompetisi apapun yg sedang kita hadapi. 
Jangan pernah menyerah dengan segala keterbatasan, kekurangan dan rintangan dalam melayani Tuhan.
Pilihan Allah terhadap diri kita adalah panggilan Allah yg tepat, sudah direncanakan, ditujukan pada orang yg tepat, dengan kapasitas yg tepat dan diberikan pada tempat yg tepat. sehingga tak ada jalan lagi kita berbelok arah menjauhi panggilanNya, kecuali satu hal: mengembangkan kompensi kita semaksimal mungkin bersama Tuhan yg kita layani,
 Amin GBU


by Haris Subagiyo




Tidak ada komentar:

Posting Komentar