Kamis, 02 Desember 2010

Iman yang Memindahkan Gunung - Bagian 1

Iman yang Memindahkan Gunung - Bagian 2
Matius 17:14-21
Khotbah oleh Pastor Eric Chang
Lihat - Iman yang Memindahkan Gunung - Bagian 1
Apakah arti dari memindahkan gunung itu?
Mari kita masuk ke bagian akhir dari pembahasan ini serta mencari tahu apa arti gunung-gunung tersebut. Apakah gunung-gunung yang harus digeser itu? Saya sudah sampaikan pada bagian 1 bahwa gunung-gunung duniawi bukanlah hambatan bagi kerohanian kita. Saat Yesus berbicara tentang hal memindahkan gunung, Dia tidak bermaksud untuk menyuruh kita mempraktekkannya terhadap gunung duniawi. Namun memang ada gunung-gunung yang menghalangi langkah kita. Namun mula-mula, mari kita renungkan dulu apa arti dari memindahkan gunung itu.
"Pembongkar gunung" adalah rabi yang punya pemahaman spiritual yang mendalam
Pertama-tama, kita lihat dari kepustakaan umat Yahudi - yakni Talmud, pada zaman itu memang istilah ini sudah dikenal. Dan di dalam upaya memahami Alkitab, seringkali kita harus melakukan penelusuran ulang terhadap suatu istilah, dengan mencari konteks sejarahnya, untuk mencari tahu bagaimana para pendengar zaman itu memahaminya ketika mereka mendengarkan ucapan Yesus. Ketika Dia berbicara tentang hal memindahkan gunung, bagaimana cara mereka memahami kalimat ini?
Untuk kepentingan itu, seringkali Anda harus memeriksa apakah ada peribahasa atau suatu ungkapan pada zaman itu yang memakai istilah yang sama. Di dalam Talmud, kita temukan istilah yang mirip, walau tidak persis sama, dengan kalimat ini. Di sana disebutkan tentang para rabi besar yang disebut 'pembongkar gunung’. Mereka mampu membongkar gunung.
Lalu apa artinya itu? Maksudnya adalah bahwa mereka memiliki pemahaman yang sangat mendalam atas persoalan-persoalan yang sukar, persoalan yang seberat gunung, yang tidak bisa dipahami oleh kebanyakan orang. Orang banyak tidak mampu memahami persoalan-persoalan sukar tersebut, akan tetapi para rabi besar ini mampu. Mereka mampu menggeser gunung-gunung itu layaknya benda-benda  kecil saja.
Anda tentu tahu maksudnya. Seringkali Anda bergumul dengan pertanyaan-pertanyaan tertentu dan masalah ini terlihat seperti gunung besarnya. Anda tidak bisa menggesernya. Anda tidak tahu bagaimana mengatasinya. Anda tidak bisa memahaminya. Langkah Anda tersendat. Dan setiap kali Anda mencoba untuk merenungkannya, Anda dapati bahwa Anda tidak mampu mengatasinya. Anda tidak bisa memahami situasinya.
Sebagai contoh, Anda mungkin bergumul dengan masalah asal mula dosa. Oh, betapa sulit untuk dipahami! Persoalan ini tampaknya seperti gunung besar yang menghadang langkah kita. Kita tidak sanggup memahami persoalan ini. Atau mungkin ada banyak persoalan yang lainnya. Bagaimana kita bisa memahami Allah? Oh! Benar-benar gunung persoalan yang sangat besar sedang menghadang Anda.
Dan jika Anda bertemu dengan para rabi ini, para rabi yang disebut sebagai 'pembongkar gunung’ - karena persoalan yang menurut Anda sangat sukar justru sangat mudah dalam pandangan mereka. Rabi itu menjelaskan persoalannya bagi Anda dan Anda berseru, "Oh! Ah! Aku mengerti! Sekarang sudah jelas. Gunungnya sudah lenyap sekarang. Sekarang aku bisa mengerti."
Demikianlah para rabi besar itu, seperti Rabi Bar Nachmani, dia adalah rabi yang sangat terkenal dan mendapat sebutan 'pembongkar gunung’ - seperti yang disebutkan di dalam Talmud, karena dia memiliki kemampuan penilaian yang tajam; pemahaman yang tajam. Persoalan yang menurut Anda tak dapat digeluti karena besar seperti gunung, bagi rabi ini dia dapat memahaminya dengan mudah. Tidak menjadi persoalan baginya. Dia memiliki kemampuan penilaian yang sangat tajam. Jadi, istilah ini adalah ungkapan khusus mengenai orang-orang yang memiliki pemahaman rohani yang mendalam. 
1. Anda tidak memiliki kuasa rohani dan juga pemahaman rohani karena iman Anda dicemari oleh niat-niat Anda yang tidak murni
Nah, hubungan istilah ini dengan ajaran Yesus juga cukup jelas. Sebagaimana yang dipahami oleh orang-orang Yahudi, dan juga oleh kita, ada hubungan yang erat antara pemahaman rohani dengan kuasa rohani. Orang yang tidak memiliki kuasa rohani biasanya juga orang yang tidak memiliki pemahaman rohani.Sangatlah mudah untuk mengungkapkannya. Orang yang tidak memiliki kuasa rohani, dia tidak bisa memahami perkara-perkara rohani. Manusia duniawi tidak akan bisa memahami perkara-perkara rohani. Jadi, bagaimana mungkin manusia duniawi memiliki kuasa rohani? Manusia rohanilah, seperti yang dikatakan oleh Paulus, yang memiliki pengertian dan pemahaman rohani. Juga manusia rohanilah yang diperlengkapi dengan kuasa rohani. Dengan demikian, Anda juga bisa melihat kemajuan kerohanian Anda dengan cara melihat seberapa jauh Anda telah menerima pemahaman rohani dari Allah di titik sekarang ini. Ini adalah hal yang penting.
Nah, pemahaman rohani tentu saja berkaitan dengan iman, iman dalam pengertian sebagai komitmen total kita kepada Allah. Sangat berkaitan dengan kemurnian dari kepercayaan kita. Orang yang tidak murni niatnya adalah orang yang tidak murni imannya. Dan dia akan kekurangan pemahaman rohani. Poin ini sudah sering saya ilustrasikan. Pemahaman ini tidak berkaitan dengan kecerdasan. Ini adalah masalah pemahaman dari pengalaman.
Itu sebabnya mengapa banyak pakar, yakni orang-orang yang tidak kesulitan dalam memperoleh gelar Doktor - atau gelar apapun itu, namun ketika berhadapan dengan perkara rohani mereka buta seperti kelelawar. Mereka tidak memiliki pengertian sama sekali. Mereka tidak bisa memahami perkara-perkara rohani. Saat mereka membaca Alkitab, mereka tidak bisa memahami isi Alkitab. Membaca Alkitab itu seperti membaca tulisan dalam bahasa Ibrani atau Yunani bagi mereka. Mereka tidak bisa memahaminya. Mengapa? Apakah karena mereka bodoh? Tidak. Melainkan karena mereka tidak memiliki pemahaman rohani. Jadi ketika mereka membacanya, mereka tidak bisa memahaminya.
Cobalah Anda baca Alkitab sewaktu-waktu. Atau jika Anda memiliki teman yang bergelar Doktor, bukalah Roma dan tunjukkan kepadanya, dan katakan, "Bacalah Roma pasal 3, dan beritahu saya apa artinya." Dia mungkin akan menggaruk-garuk kepala dan berkata, "Aku tidak tahu apa maksudnya." Karena dia tidak memiliki pemahaman rohani, bukan karena dia kurang cerdas. Inilah alasan mengapa pemahaman ini berkaitan dengan iman.
Iman adalah sikap hati dan hubungan kita terhadap Allah. Dan hubungan dengan Allah itu menentukan seberapa jauh kita bisa memiliki pemahaman atas perkara-perkara rohani. Seperti halnya iman bisa bertumbuh, pemahaman rohani juga bisa bertumbuh. Jadi Anda tidak perlu berkecil hati sekarang ini jika Anda merasa tidak memiliki pemahaman rohani yang cukup mendalam.
2. Hambatan yang harus disingkirkan supaya dunia bisa melihat kemuliaan Allah terpancar dari gereja kepada dunia
Hal yang kedua adalah, di dalam memahami perkara memindahkan gunung ini, kita juga perlu memahami latar belakang dari Perjanjian Lama untuk masalah ini. Di dalam Perjanjian Lama, istilah 'memindahkan gunung’ juga beberapa kali dipakai. Di dalam Zakharia 4:7, kita lihat: Siapakah engkau, gunung yang besar? Di depan Zerubabel engkau menjadi tanah rata. Ia akan mengangkat batu utama, sedang orang bersorak: Bagus! Bagus sekali batu itu!"
Apakah engkau, gunung besar di hadapan hamba Allah, Zerubabel? Engkau bukan apa-apa. Siapakah Zerubabel itu? Zerubabel adalah gubernur wilayah Israel pada masa itu. Dia bukanlah orang yang terkenal di dalam sejarah. Dia tampaknya merupakan orang yang memiliki pemahaman rohani. Dan apakah gunung besarnya? Gunung besarnya adalah kerajaan Persia. Apa artinya kerajaan Persia yang perkasa ini di hadapan seorang imam, gubernur? Nah, secara manusiawi, seorang imam, gubernur rendahan dari sebuah propinsi tidak ada artinya di hadapan gunung besar Persia. Persia adalah kerajaan besar zaman itu yang menguasai dunia, dunia yang dikenal pada zaman itu, lingkungan peradaban di sana pada zaman itu. Di bagian dunia itu, Persia tidak menemukan tandingan, ia adalah penguasa di zaman itu. Ia menjadi sebuah gunung yang sangat tinggi. Dan gunung itu berdiri menghadang pembangunan Bait Allah.
Itulah persoalannya. Anda lihat, Zerubabel saat itu berusaha menyelesaikan pembangunan Bait Allah yang telah dimulai oleh Nehemia dan Ezra. Akan tetapi kerajaan Persia menyuruh agar pembangunan Bait Allah itu dihentikan. Mereka menghentikan pembangunan Bait Allah. Mereka berkata, "Tak boleh dilanjutkan!" Mengapa? Karena orang-orang Samaria menuduh bahwa orang-orang Yahudi sedang merencanakan perlawanan. Dan Kaisar  Cambyses dari Persia menerima tuduhan itu dan memerintahkan agar pembangunan Bait Allah dihentikan. Demikianlah, bagaimana mereka bisa melanjutkan pembangunan Bait Allah saat gunung besar besar ini, Persia, berdiri menghadang dan berkata, "Dilarang membangun"?
Akan tetapi nabi Zakharia berkata, "Apakah kamu ini, hai gunung besar, di hadapan Zerubabel? Hamba Allah akan merendahkanmu. Hamba Allah akan memindahkan gunung Persia ini, kerajaan terkuat ini, jauh-jauh. Hamba Allah akan memindahkannya." Dan memang terjadi. Gunung itu dipindahkan dan pembangunan Bait Allah bisa dilanjutkan. Jadi kita bisa melihat bahwa di dalam sejarah, berulangkali kita dapati, bahwa hal memindahkan gunung ini bukan perkara yang asing di dalam Perjanjian Lama.
Mikha, nabi Allah juga berkata, "Gunung akan meleleh di bawah kaki Allah dan lembah-lembah akan terbelah." Allah akan mencairkan gunung-gunung. Dia akan memindahkan gunung-gunung itu menjauh. Demikianlah kita dapati ungkapan-ungkapan bahwa kuasa Allah bekerja melalui pada hamba-Nya seperti Zerubabel itu.
Sangatlah menarik dan penting untuk dicermati, karena konteks perikop ini mengacu pada Yesaya 40:3. Di sana Yesaya berkata kepada orang-orang Yahudi: "Ada suara yang berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran; maka kemuliaan TUHAN akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; sungguh, TUHAN sendiri telah mengatakannya."
Nah, perikop ini sangatlah penting. Gunung-gunung harus disingkirkan dan lembah-lembah harus ditutup, mungkin ditutup dengan gunung. Mengapa? Karena kita harus mempersiapkan jalan raya bagi Allah. Mempersiapkan jalan raya dari mana? Jalan raya dari Babilon menuju Yerusalem. Mengapa? Karena umat Allah sedang kembali ke Yerusalem. Yesaya sedang menubuatkan kembalinya umat Israel ke Yerusalem. Anda tentu ingat bahwa umat Yahudi diasingkan karena ketidak-taatan mereka. Namun sekarang Allah berbelas-kasihan kepada mereka setelah masa pengasingan yang lama dan Allah akan memulangkan mereka ke Yerusalem. Akan tetapi ada sangat banyak gunung yang berdiri menghalangi! Sangat banyak gunung! Lalu apa yang harus dilakukan? Nah, Allah berkata, "Persiapkanlah jalan raya di padang gurun. Ratakanlah gunung-gunung. Timbuni lembah-lembah dengannya dan persiapkanlah jalan raya bagi keselamatan Allah supaya dunia bisa melihat kemuliaan Allah dinyatakan."
Inilah sebabnya saya khawatir pada keadaan gereja karena selama gereja masih hidup di dalam kemunafikan, dalam niat-niat yang tidak murni, maka dunia tidak bisa melihat kemuliaan Allah. Karena jika kemuliaan Allah mau ditampilkan di dunia sekarang ini, di mana kemuliaan itu akan ditampilkan? Seharusnya terungkap melalui umat Allah. Akan tetapi umat Allah ternyata munafik. Lalu bagaimana kemuliaan Allah akan dinyatakan? Semua gunung kemunafikan, kecemaran, penghambat rencana Allah, semua itu harus diratakan. Semua itu harus disingkirkan.
Kita sebagai gereja sama seperti Yahudi dalam pengasingan di Babilon yang sedang kembali ke Sion
Anda tahu, di dalam Alkitab, kita dapati satu hal yang menarik. Dan banyak orang yang tidak memahami kesejajaran ini. Kita sebagai gereja, adalah seperti orang-orang yang berada dalam pengasingan, sama seperti orang Yahudi dalam pengasingan. Dan kita ini adalah orang-orang buangan yang sedang kembali ke Sion. Kita sedang kembali kepada Allah. Kita sedang pulang ke Sion. Dan peristiwa besar yang melibatkan umat Allah inilah yang sedang dilihat oleh sang nabi, pulang dari penawanan dunia, Babilon, kembali kepada Allah untuk bertemu dengan Allah di Yerusalem. Gambaran ini sangatlah menarik.
Kristen sebagai orang dalam pembuangan
Petrus banyak memakai gambaran di Yesaya ini. Di dalam 1 Petrus 1:1, dia menyebut orang Kristen sebagai 'pendatang (exiles = perantau, orang buangan, pendatang)’. Dia mengirimkan suratnya kepada para 'pendatang’ di berbagai tempat. Orang-orang Kristen digambarkan seperti orang Yahudi perantauan di dalam di dalam 1 Petrus 1:!. Dan belakangan, menjelang bagian akhir suratnya (1 Petrus 5:13), dia berkata, "Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon," dan banyak pakar yang bingung dengan kata 'Babilon’ ini.
Demikianlah, kita lihat jemaat sebagai orang-orang Kristen yang sedang dibebaskan dari Babilon - yang melambangkan dunia - dan sedang bergerak menuju Sion. Kita memang masih belum sampai akan tetapi kita sudah dalam perjalanan menuju Sion. Kita sedang pulang kepada Allah kita. Inilah keselamatan itu. Keselamatan adalah sebuah proses di mana seseorang dibebaskan dari dunia dan kembali kepada Allah. Kita semua sedang dalam proses diselamatkan jika kita adalah orang-orang Kristen sejati dan kita sedang dikembalikan kepada Allah. Nah, di dalam proses kembali ini, kita sama dengan orang-orang Yahudi itu, seperti yang dikatakan di dalam Ibrani 12:22, kita ini sedang kembali menuju Sion dan kota Allah yang hidup, yakni Yerusalem surgawi.
Kita masuk kepada pengertian bahwa kita ini adalah warga Kerajaan Surga, bukan kerajaan dunia. Dan kita ini sedang dalam perjalanan pulang. Kita sedang kembali ke Sion. Di dalam konteks inilah kita dapati para penulis Perjanjian Baru, seperti Petrus, memakai Yesaya pasal 40, dalam membahas keselamatan yang sedang Allah kerjakan di dunia sekarang ini. Di dalam proses keselamatan inilah kemuliaan Allah terungkap lewat gereja.
Gunung Hermon di dalam Matius 17
Akan tetapi renungkanlah satu hal dengan baik. Ketika orang-orang buangan itu kembali dari Babilon menuju Yerusalem, silakan Anda lihat seperti apa jalur perjalanan mereka di peta. Mereka harus melintasi daerah yang disebut sebagai 'the Fertile Crescent (Padang Sabit Subur)’. Mereka tidak bisa bergerak lurus melintasi padang pasir, jadi mereka harus melintasi padang pasir itu melalui daerah yang disebut padang sabit, karena melingkar seperti sabit. Demikianlah cara mereka melintasi padang gurun.
Namun saat mereka mendekati Tanah Perjanjian, mereka menghadapi daerah pegunungan yang sangat luas, pegunungan Hermon yang sampai dengan sekarang ini masih ada di Lebanon. Jika Anda sekarang ini bergerak mendekati Tanah Suci, mendekati daerah Lebanon modern, Anda akan melihat satu wilayah pegunungan yang besar yang menghadang Anda, pegunungan yang puncaknya bersalju, rata-rata puncaknya sangat tinggi. Alkitab menyebutnya 'gunung-gunung yang tinggi’. Dan gunung-gunung itu menghalangi perjalanan Anda. Jadi Anda sekarang bisa melihat apa maksud Yesaya berkata, "Persiapkanlah jalan raya bagi Allah dan umat-Nya. Ratakanlah gunung-gunung supaya terbuka jalan yang rata menuju Yerusalem."
Hal ini sangat menarik karena di dalam Matius 17:21, perikop yang sedang kita pelajari sekarang ini, jika Anda perhatikan baik-baik, Anda akan temukan kata-kata yang saya maksudkan.
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah." Apa itu 'gunung ini’? Dia tidak menunjuk sembarang gunung. Dia berkata, "Gunung ini." Dia sedang menunjuk kepada satu pegunungan yang khusus. Nah, jika Anda baca Matius 17:1, Anda bisa lihat bahwa ini adalah pegunungan tempat terjadinya peristiwa Transfigurasi (Pemuliaan Yesus). Tempat itu disebut sebagai gunung yang tinggi. Satu-satunyagunung yang tinggi di sana adalah gunung Hermon. Sangat menarik. Yesus menunjuk gunung Hermon. "Kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah."
Bukit Zaitun di dalam Matius 21
Kali kedua Yesus berbicara tentang hal memindahkan gunung adalah di dalam Matius 21:21. Yesus berkata, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, ..., tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal itu akan terjadi." Kembali terlihat kata gunung ini, akan tetapi kali ini gunungnya berbeda dengan yang di dalam Matius 17. Nah, gunung mana yang ditunjuk kali ini? Di dalam Matius 21:21, Anda akan tahu bahwa gunung itu adalah bukit Zaitun. Lagi-lagi yang dimaksud adalah gunung yang khusus.
Ini adalah susunan yang sangat luar biasa di dalam Kitab Suci: keduanya berada dalam jalur dari Babilon, dari tempat pengasingan, menuju Yerusalem. Di sepanjang jalan ini, ada dua hambatan utama: yang pertama adalah pegunungan besar Hermon; dan yang kedua adalah gunung yang jauh lebih kecil, yakni bukit Zaitun. Bukit Zaitun terletak di sebelah timur Yerusalem, sebagaimana yang Anda ketahui, dan ia merintangi jalan menuju Yerusalem. Anda harus berjalan melintasi atau memutari bukit Zaitun untuk sampai ke Yerusalem. Kedua gunung itu harus disingkirkan untuk mempersiapkan jalan raya bagi Allah.
3. Bukan hanya umat Allah yang berjalan pulang melalui jalan raya keselamatan ini, tetapi Yesus juga ikut kembali di sini
Hal ini membawa saya pada poin yang ketiga dan yang terakhir, dan setelahnya kita akan tutup pembahasan. Poin yang ketiga itu adalah: Kita perlu perhatikan bahwa bukan hanya umat Allah yang sedang pulang saja yang berjalan di jalan keselamatan ini, tetapi Allah juga akan datang lewat jalan ini. Sungguh sangat menarik. Karena di dalam Yesaya 40, jika Anda baca dengan teliti, Anda akan tahu bahwa pasal itu bukan sekadar membicarakan tentang kembalinya orang-orang buangan, akan tetapi juga berbicara tentang Allah yang kembali ke Yerusalem. Yesaya 40:9-10 berbunyi:
Hai Sion, pembawa kabar baik, naiklah ke atas gunung yang tinggi! Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut! Katakanlah kepada kota-kota Yehuda: "Lihat, itu Allahmu!" ("Lihat! Allahmu datang!" Ini adalah ucapan dari nabi tersebut) Lihat, itu Tuhan Yahweh, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa. Lihat, mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia, dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya.
Lihat, Tuhan datang! Lihat! Dia datang! Itulah gambaran yang disampaikan oleh Yesaya kepada umat Yahudi. Persiapkanlah jalan raya bagi Allah karena Dia datang! Di sinilah letak keindahan pasal ini. Allah datang! Dan justru inilah yang sedang dinanti-nantikan oleh umat Kristen. Kita bergerak menuju Sion dan kita menantikan kedatangan-Nya. Kita melakukan keduanya sekaligus. Allah datang! Nah, jika Allah datang, berarti kita masih harus mempersiapkan jalan bagi Dia. Dia datang bersama umat-Nya. Persiapkanlah jalan.
Gunung rohani dari Setan harus disingkirkan
Ada dua gunung yang berdiri menghadang kita. Apakah kedua gunung itu? Melambangkan apakah gunung Hermon itu? Nah, jika Anda baca Matius 17, di dalam konteksnya, Anda akan melihat bahwa gunung ini berkaitan dengan kuasa si jahat. Kuasa setan. Di sini muncul masalah tentang bagaimana mengusir setan. Bagaimana mengusir setan? Ini adalah kuasa besar yang berdiri menghadang di antara Allah dan keselamatan manusia. Setan berdiri di sana, semua kuasa jahat berdiri di sana menghadang keselamatan. Dan siapakah yang harus mempersiapkan jalan bagi Allah? Kita semua. Kita inilah yang harus membangun jalan raya itu. Lagi pula, siapakah yang mendapat panggilan untuk mempersiapkan jalan tersebut? Yerusalem. Umat Allah dipanggil untuk mempersiapkan jalan, jalan keselamatan bagi umat manusia.
Dan untuk mempersiapkan jalan itu, maka Anda harus memiliki kuasa, kuasa untuk meratakan gunung-gunung yang tinggi, gunung-gunung rohani, itu. Apakah gunung-gunung rohani itu? Itulah kerajaan setan yang menjadi pokok perhatian di dalam Matius 17.
Itulah sebabnya mengapa Yesus begitu gemas sampai-sampai berkata, "Berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Kamu harus mempersiapkan jalan ini kalau Aku pergi nanti. Dan kamu harus menyingkirkan gunung kerajaan setan ini. Namun kamu tidak bisa melakukannya, terlihat dari ketidak-mampuanmu mengusir setan, kamu belum punya kuasa untuk mengusir setan."
Dan kenapa Anda sampai tidak memiliki kuasa? Karena iman Anda tidak murni. Anda masih memiliki ketidak-percayaan. Nah jika Anda ingin memiliki kuasa untuk mengusir setan, untuk meratakan gunung setan, kerajaan setan, Anda harus memiliki iman yang murni dan tak terbagi. Anda tidak bisa melayani Allah dan mamon. Mata Anda harus terpusat. Hanya dengan demikian baru Anda bisa memiliki kuasa untuk menyingkirkan si jahat.
Gunung rohani ketidak-percayaan juga harus disingkirkan
Dan gunung yang kedua adalah sebagai berikut. Di dalam Matius 21, kita tahu bahwa gunung itu adalah bukit Zaitun. Apa yang ditunjukkan oleh bukit Zaitun? Di dalam konteks Matius pasal 21, Anda melihat kutukan terhadap pohon ara. Mengapa? Karena pohon itu melambangkan umat Allah, Israel, di dalam ketidak-percayaannya.
Ada dua gunung utama yang berdiri menghadang di antara Allah dan keselamatan manusia. Yang satu adalah gunung besar dari kerajaan setan, yang pada masa itu dilambangkan oleh kerajaan Persia, yang di dalam Perjanjian Lama sedang menghambat pembangunan Bait Allah. Dan gunung yang kedua adalah gunung ketidak-percayaan.
Sangatlah menarik bahwa di dalam Zakharia 14:4-5, bukit Zaitun itu secara harfiah dikatakan akan terbelah, secara harfiah tersingkir, terbelah untuk memberi jalan keluar dan masuk ke Yerusalem. Hal yang sangat luar biasa! Zakharia 14:4-5 berkata bahwa pada Hari itu, Tuhan akan menjejakkan kaki-Nya di atas bukit Zaitun, bukit Zaitun yang melambangkan ketidak-percayaan manusia akan tersingkirkan, membuka jalan bagi Yerusalem. Sungguh sangat dahsyat! Lalu perikop ini berlanjut sampai ke ayat 6 dan 9 yang berbicara tentang Allah Yahweh akan menjadi Raja di bumi ini.
Pada waktu itu kaki-Nya akan berjejak di bukit Zaitun yang terletak di depan Yerusalem di sebelah timur. Bukit Zaitun itu (lambang ketidak-percayaan manusia)akan terbelah dua dari timur ke barat, sehingga terjadi suatu lembah yang sangat besar; setengah dari bukit itu akan bergeser ke utara dan setengah lagi ke selatan(membuka jalan bagi Yerusalem. Dan perikop ini dilanjutkan ke ayat 6 dan 9).  Maka tertutuplah lembah gunung-gunung-Ku, sebab lembah gunung itu akan menyentuh sisinya; dan kamu akan melarikan diri seperti kamu pernah melarikan diri oleh karena gempa bumi pada zaman Uzia, raja Yehuda. Lalu Yahweh, Allahku, akan menjadi Raja atas seluruh bumi.
Gereja harus bertobat dari pengabdian yang mendua serta dari ketidakmurnian sebelum bisa membawa dunia pada pertobatan
Sekarang kita akan tutup. Kita telah melihat bahwa gunung-gunung itu adalah gunung-gunung rohani, gunung rohani berupa kerajaan setan dan ketidak-percayaan manusia, ketidak-percayaan dalam diri orang lain. Bagaimana kita bisa mengatasi ketidak-percayaan mereka? Bagaimana kita bisa bekerja dalam pembebasan umat manusia jika kita sendiri adalah orang-orang yang tidak percaya? Itulah hal yang sedang disampaikan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya:
Bagaimana kamu bisa menyingkirkan gunung di dalam diri orang lain demi kepentingan orang tersebut jika kamu sendiri masih menjadi korban ketidak-percayaan?" Anda tidak akan bisa melakukannya. Anda harus datang dalam fokus yang terpusat dan di dalam kemurnian untuk bisa memberi bantuan menyampaikan keselamatan kepada umat manusia. Gereja sekarang ini tidak memiliki kuasa, sebagaimana yang sudah saya sampaikan tadi, tidak memiliki kuasa untuk bekerja demi keselamatan umat manusia karena gereja sendiri tidak suci.
Mari kita berdoa kepada Allah supaya Allah berbelas kasihan kepada kita, supaya Allah memurnikan hati kita, supaya Allah menyingkirkan semua noda dan kemunafikan serta kesesatan, diawali dari diri kita dan selanjutnya menyebar ke segenap jemaat, sampai gereja jaman sekarang ini kembali lagi bisa mempersiapkan jalan bagi Allah sehingga kedatangan-Nya kembali bisa dipercepat sebagaimana yang dikatakan Petrus di dalam 2 Petrus 3:12.
Sambil kita renungkan tentang jalan yang kita persiapkan bagi Allah kita, agar Dia bisa segera kembali, yang lebih penting lagi adalah sebaiknya kita renungkan betapa kita tidak akan bisa menghadap Dia dengan hati nurani yang baik jika kita - orang-orang Kristen - masih seperti yang sekarang ini. Ini adalah hari pertobatan bagi gereja. Gereja harus bertobat sebelum dunia bisa bertobat. Mari kita camkan hal itu baik-baik karena Dia akan datang segera. Mari kita persiapkan jalan bagi Allah kita.
Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar