Sabtu, 27 November 2010

Doa Bapa Kami

Matius 6:13 – Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang
Kita membaca bersama Matius 6:13, suatu pokok doa yang sangat sering kita panjatkan:
dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.
Apa artinya doa ini?
Kesimpulan Doa Bapa Kami
Doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Yesus Kristus berakhir dengan “dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat”. Tetapi kita sudah terbiasa mendengar Doa Bapa Kami yang berakhir dengan, “Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.” Kesimpulan ini tidak dapat ditemukan di dalam Perjanjian Baru. Orang Yahudi mengakhiri doa mereka dengan dua cara, terdapat doa yang dibiarkan terbuka dan yang kedua adalah doa yang ada penutupnya. Doa di Matius 6 ini adalah doa yang terbuka, yaitu, doa yang tidak diberikan satu meterai sebagai penutup. Orang yang mendoakan doa ini harus memasukkan materainya sendiri, apa yang disebut sebagai “Hatima”. Karena ini adalah sebuah doa yang terbuka, Anda bisa melanjutkan dengan mengakhiri doa tersebut sebagaimana Anda dipimpin Roh Kudus.

Jadi Doa Bapa Kami ini mengandungi pokok-pokok yang utama, namun kesimpulannya harus dirumuskan oleh Anda sendiri. Doa Bapa Kami ini tidak dimaksudkan untuk diulang-ulangi secara otomatis tetapi ia memberitahukan kepada kita apa pokok-pokok utama, atau hal-hal yang paling penting yang harus kita doakan. Anda mengakhirinya sebagaimana Roh Kudus memimpin Anda dengan kata-kata Anda sendiri. Semua doa yang sejati harus didoakan di dalam Roh Kudus.
Berjaga-jaga terhadap Rutinitas Tak Berarti
Pertanyaan yang timbul adalah mengapa ditambah kalimat “Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya.” Mengapa demikian? Pada akhir abad yang pertama, Gereja memutuskan untuk menambahkan pengakhiran itu karena Gereja merasa bahwa sebuah doa tidak harus berakhir dengan kata ‘jahat’. “Lepaskanlah kami dari pada yang jahat,” bukanlah satu cara yang pantas untuk menutup sebuah doa. Nah, pada permulaannya bukan seperti ini. Di dalam Didakhe (Ajaran Dua Belas Rasul), yaitu sekumpulan buku-buku peninggalan gereja purba, yang berasal dari akhir abad yang pertama, doa tersebut diakhiri dengan “Karena Engkaulah kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya.” Kalimat “Engkaulah yang empunya Kerajaan” tidak ada. Namun di kemudian hari, “Engkaulah empunya Kerajaan” ditambahkan juga. Semua kata-kata ini dikutip dari 1 Tawarikh 29:11-13. Jadi Gereja menggunakan kata-kata dari doa di 1 Tawarikh untuk menyimpulkan Doa Bapa Kami.

Ini suatu pelajaran penting bagi kita. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan Kekristenan terdapat suatu kecenderungan untuk merumuskan segala sesuatu dan menjadikan kehidupan orang Kristen bersifat kaku. Kehidupan Kekristenan harusnya fleksibel dan bebas dan bukan ditentukan oleh upacara dan formalitas. Saya menjadi bimbang bila segala-sesuatu mulai mengikut suatu pola yang tertentu; bilamana kita menjalankan suatu rutinitas yang membosankan yang sulit untuk diubah. Umpamanya, pada setiap Perjamuan Kudus, ayat yang dibaca selalunya sama dan pola yang sama diulangi tanpa adanya variasi. Perjamuan Kudus menjadi suatu rutin yang membosankan. Nah, dari mana rutin itu datang? Sudah pasti bukan dari Alkitab. Alkitab tidak memberikan rutin semacam itu. Tetapi seseorang memulainya dan yang lain segera mengikut. Ini menunjukkan bahayanya kehidupan Kekristenan yang kaku, yang kehilangan fleksibilitas yang semula. Saya kadang-kadang mengagetkan orang apabila saya tiba-tiba menghidangkan anggur dulu sebelum roti. Cuma sedikit perubahan dan mereka semua menjadi kaget, “Hei, harus rotinya dulu!” Mengapa Anda pikir harus roti duluan? Siapa yang memberitahu Anda bahwa roti harus disajikan dulu? Jika Anda melihat Injil Lukas, urutannya terbalik. Jadi, terdapat suatu bahaya dalam kehidupan Kekristenan di mana kita mengikuti suatu pola yang telah ditentukan. Ada orang yang selalu berdoa mengikut suatu pola yang tetap. Anda hampir dapat meramalkan doanya, “Sesudah ini akan begini, diikuti dengan yang itu.” Itu masih belum apa-apa. Ada juga pendeta yang jatuh ke dalam kebiasaan yang sama. Anda dapat meramalkan dengan tepat khotbah apa yang akan dikhotbahkannya. Saya mengenal seorang pengkhotbah yang saat ia mengumumkan teksnya, saya tahu persis apa yang akan dikhotbahnya. Ia selalu menyampaikan berapa khotbah yang persis sama.
Adalah penting di dalam kehidupan Kekristenan untuk tetap fleksibel. Pada saat Anda merasa mulai kaku, di mana Anda mulai mengulangi suatu pola yang membosankan, ganti pola itu! Belajarlah untuk menjadi fleksibel. Jika Anda selalu berdoa dalam posisi tertentu, adakan perubahan. Berdoalah dalam posisi yang lain. Ganti pola baru untuk satu dua hari supaya Anda tidak menjadi kaku. Kita harus meminta Allah melepaskan kita dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan karena kebiasaan, umpamanya, doa yang diucapkan karena kebiasaan, doa yang tradisional yang telah tersusun rapi. Gereja yang mempunyai tradisi yang panjang mempunyai kecenderungan untuk berfungsi dalam kebiasaan yang sulit untuk diubah. Segala sesuatu diulang dari minggu ke minggu. Sangat membosankan. Bahaya yang sama berlaku untuk Gereja Anglikan di Inggris. Saya pernah bertemu dengan jemaat Gereja ini, mereka sudah menghafal buku doa mereka. Mereka tahu persis apa kalimat berikutnya karena telah mengucapnya beribu-ribu kali sejak mereka setinggi lutut. Hati and pikiran tidak lagi terlibat. Anda hanya berdiri di situ seperti robot agamawi.
Yesus mau kita menghindari hal seperti itu. Ia mau supaya kita tetap fleksibel. Menurut saya adalah baik terdapat bermacam-macam jenis gereja. Kadang-kadang saya sangat disegarkan saat saya beribadah di gereja yang lain. Walaupun bisa saja menurut kita, ada yang kurang, namun kita harus melihat bahwa ada nilai di balik semua bentuk ibadah yang berbeda-beda. Bentuk ibadah yang berbeda-beda membuktikan fleksibilitas dalam kehidupan Kekristenan. Tidak ada suatu bentuk penyembahan yang dikatakan benar. Setiap bentuk adalah baik. Kadang-kadang Anda mendapati ibadah di gereja tertentu menolong Anda, maka silakan beribadah di gereja itu, asalkan kegiatan itu tidak semata menjadi satu rutinitas yang tidak berarti.
Keterbukaan kepada Pimpinan Roh Kudus dalam Doa
Melihat bahwa Doa Bapa Kami tidak mempunyai satu kalimat penutup yang tetap, hal ini mengingatkan kita untuk selalu berdoa dari dalam hati. Berdoa di dalam Roh. Semua doa yang sejati didoakan di dalam Roh. Apa artinya “berdoa di dalam Roh?” “Berdoa di dalam Roh” berarti Roh Kuduslah yang memimpin Anda dalam doa. Di dalam Roma 8, rasul Paulus berkata, “Sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa. Kita tidak tahu harus mendoakan apa.” Karena itu, Roh Kuduslah yang kita membantu kita; Ia yang memimpin kita. Yesus membiarkan doanya terbuka, ini juga mengingatkan kita untuk belajar terbuka. Belajar untuk membiarkan Roh Kudus yang menggerakkan Anda. Berdoa adalah suatu kegiatan yang hidup, suatu persekutuan, suatu kerjasama dengan Roh Kudus, dimana Anda berdoa dan Roh Kudus berdoa bersama Anda. Itulah yang dikatakan dalam Roma 8, “Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.”

Bila kita berdoa, kita perlu bersikap terbuka. Itu berarti, jangan berdoa mengikut suatu pola yang telah ditetapkan. Kita harus sentiasa berkata, “Tuhan, apa yang harus aku doakan?” Roh Kudus akan memimpin Anda untuk berdoa untuk orang yang tertentu. Tiba-tiba Tuhan berkata, “Berdoa untuk orang ini”, maka Anda berdoa untuk orang ini. Anda fleksibel dan selalu siap. Anda tidak tahu siapa yang membutuhkan apa pada waktu itu. Jadi jika Anda mengikut suatu pola yang ditetapkan, Anda mungkin berdoa untuk orang itu, tetapi tidak pada waktu yang tepat. Tetapi jika Anda dipimpin Roh, Anda selalu terbuka. “Aku tidak tahu mengapa aku berdoa untuk orang ini”, tetapi Roh Kudus yang memimpin. Roh Kudus dapat memimpin Anda karena roh Anda bebas. Atau, Anda mungkin dipimpin untuk menyembah Allah – bersyukur kepada-Nya; memuji-Nya. Kehidupan Kekeristenan Anda fleksibel dan bebas. Sama seperti Yesus meninggalkan Doa Bapa Kami dalam keadaan terbuka, maka seluruh kehidupan Kekristenan kita juga terbuka kepada Allah.
Pencobaan dan Kelangsungan Hidup
Sekarang kita datang kepada pertanyaan ini: apa artinya “janganlah membawa kami ke dalam pencobaan“? Hal ini merupakan suatu subyek yang amat penting karena ia berkaitan dengan kelangsungan hidup orang Kristen. Adalah suatu fakta umum bahwa banyak orang Kristen yang tidak dapat berlangsung hidup. Mereka pernah menjadi orang Kristen pada suatu waktu dahulu. Mereka pernah dibaptis. Mereka telah membuat pengakuan iman, dan tidaklah diragukan bahwa pengakuan itu dibuat dengan sangat ikhlas. Tetapi sayangnya, mereka tidak bertahan!

Sudah lama saya terlibat dalam pekerjaan Tuhan dan angka kejatuhan yang saya perhatikan dalam beberapa gereja sangatlah mengerikan. Yang telah berpaling dari Tuhan bukanlah satu dua orang tetapi ratusan dan bahkan ribuan orang. Anda akan mendapati bahwa orang yang semulanya sangat aktif, Pemimpin PA, atau apa saja, dalam jangka waktu tidak sampai sepuluh tahun, ada di antara mereka yang sudah jatuh. Mereka telah hancur secara rohani dan tidak eksis lagi. Mereka telah dibinasakan oleh kuasa dan tipu muslihat Musuh.
Tidak ada orang yang memperingatkan mereka. Beberapa doktrin bahkan mengajarkan bahwa orang Kristen tidak akan murtad. Meskipun berhadapan dengan kenyataan, kita diberitahu bahwa hal seperti itu tidak akan terjadi. Bagaimana seseorang dapat melihat fakta-fakta nyata di depan matanya tapi masih dapat berkata, “Tidak, tidak apa-apa.” Atau, “Ah, sejak awal orang-orang ini tidak pernah menjadi Kristen yang sejati.” Tetapi mereka pernah menjadi orang Kristen, karena saya menyaksikannya sendiri. Tetapi mereka berkata, “Kamu tidak dapat melihat apa yang ada dalam hati mereka.” Saya tidak ada alasan untuk mencurigai keikhlasan mereka. Apakah mereka sedang bohong saat mereka menyerahkan hidup mereka kepada Kristus?
Hal yang paling mengerikan adalah ketika orang-orang ini berkata, “Dulu aku pernah menjadi orang Kristen.” Betapa nama Allah dipermalukan saat orang berkata, “Aku pernah menjadi seorang Kristen tetapi sekarang aku bukan lagi”. Orang seperti inilah yang paling merusakkan Gereja. Hal yang menyedihkan ini terjadi karena banyak orang Kristen yang tidak pernah diberi peringatan. Di gereja kami, kami selalu berjaga-jaga. Kami tahu bahayanya. Dan kami memperingatkan Jemaat, karena firman Tuhan mengingatkan kita.
Persoalan kelangsungan hidup rohani adalah suatu persoalan yang nyata. Janganlah mengizinkan ajaran yang palsu seperti sekali selamat tetap selamat buat selama-lamanya melelapkan Anda. Doktrin semacam ini tidak didasari oleh Firman Tuhan, maupun oleh pengalaman. Doktrin ini telah begitu banyak merugikan gereja karena walaupun dirancang untuk memberikan jaminan kepada orang Kristen tetapi hal sebaliknya yang terjadi, doktrin itu ternyata membawa bencana. Jaminan datang hanya dari kesaksian batin oleh Roh Kudus. Roh Kudus bersaksi bersama roh Anda bahwa Anda adalah anak Allah. Dan itu hanya terjadi apabila Anda berjalan bersama Allah. Anda tidak pernah akan merasa terjamin apabila Anda tidak berjalan bersama Allah.
1. Jangan Pernah Meminta Kesusahan
Hal pertama yang dapat kita simpulkan dari Matius 6.13 adalah jangan pernah mencari kesusahan. Jangan pernah kita meminta pencobaan. Saat kita berdoa, ingatlah bahwa Anda sedang berbicara kepada Allah yang hidup. Anda meminta sesuatu, Anda akan mendapatkannya. Jadi berhati-hati dengan apa yang Anda minta, dan Anda harus tahu apa yang Anda minta. Ada beberapa orang Kristen, yang berpikir kehidupan mereka terlalu mulus, lalu mereka meminta kesusahan, penderitaan dan pencobaan. Mereka berpendapat bahwa mereka akan menjadi lebih kuat jika mereka melawan pencobaan. Sebenarnya sudah cukup banyak pencobaan di dalam hidup kita. Tapi masih ada yang berpikir bahwa mereka tidak punya cukup banyak masalah. Jadi mereka berkata, “Tuhan, berikan aku lebih banyak masalah, kehidupanku terlalu nyaman. Berikanku waktu yang sulit. Hancurkan aku, pukullah aku, remukkan aku, bentuklah aku.”

Astaga! Setiap kali mendengar doa seperti itu saya menjadi takut. Saya tidak berani berdoa seperti itu. Namun ada yang menganggap doa seperti itu sangat saleh, “Tuhan, hancurkan aku.” Jika Anda memintanya, jangan mengerang saat Tuhan menjawab doa Anda. Anehnya, apabila Tuhan mulai menghancurkan mereka, mereka berkata, “Hei Tuhan, apa yang sedang Engkau lakukan?” Ternyata mereka tidak percaya bahwa Tuhan mendengar dan menjawab doa. Mengapa minta jika Anda pikir Tuhan tidak akan menjawab?
Ini bukan saja suatu masalah bagi orang Kristen pada zaman ini tetapi hal yang sama terjadi dengan orang Kristen di gereja mula-mula. Kita jangan terlalu mengidealkan mereka. Mereka juga ada kekurangannya. Di dalam Kisah Para Rasul, mereka dengan tekun berdoa meminta pelepasan Petrus dari penjara. Mereka berkata, “Tuhan, lepaskan rasul Petrus dari penjara. Oleh kuasa dan kekuatan-Mu, keluarkan dia.” Dan Tuhan melakukannya! Namun ketika Petrus berdiri di depan pintu, mereka semua berkata, “Itu tidak mungkin dia!” Akan tetapi hamba perempuan itu tetap mengatakan bahwa Petrus ada di depan pintu gerbang. Mereka berkata, “Kamu sudah gila! Itu pasti malaikatnya!” Orang-orang yang sama yang telah berdoa supaya Petrus dilepaskan dari penjara, namun setelah dia dilepaskan, mereka tidak mempercayainya! Ini menunjukkan bahwa dari awal mereka tidak benar-benar percaya bahwa Tuhan dapat melakukan hal itu.
Tetapi Allah masih menjawab meskipun iman kita kecil. Jika Allah hanya menjawab apabila kita mempunyai iman yang besar, barangkali tidak satupun doa kita yang akan terjawab!
Barangkali saat Anda berdoa, “Tuhan, hancurkan aku, remukkan aku,” Anda berpikir, “Ah, Allah tidak akan melakukan hal seperti itu.” Kalau begitu, mengapa Anda memintanya? Apabila Ia melakukannya, segera Anda berkata, “Tuhan, Tuhan, aku tidak memintanya, bukan itu maksud-ku sebenarnya.”
Maka, berhati-hatilah apa yang Anda doakan. Tuhan mengajar kita supaya jangan mendoakan, “Ayuh, Tuhan, bawalah aku ke dalam pencobaan! Mental aku kuat, aku bisa melawan musuh. Ayuh, datanglah!” Janganlah berbuat hal yang bodoh. Berdoalah seperti ini, “Tuhan, janganlah membawa aku ke dalam pencobaan. Aku lemah, Tuhan.” Sadarlah bahwa musuh itu kuat dan Anda itu lemah. Tuhan itu kuat. Namun persoalannya adalah apakah Anda kuat. Sadarlah bahwa Anda itu lemah.
2. Pencobaan Itu Membawa Maut
Hal yang kedua yang perlu kita ketahui adalah bahayanya pencobaan. Kita meminta supaya jangan dibawa ke dalam pencobaan karena pencobaan itu amat berbahaya. Jangan bermain-main dengan pencobaan. Pencobaan bukan buat latihan rohani. Pencobaan dirancang untuk menghancurkan Anda. Bukan niat Si Pencoba untuk memberi Anda sedikit latihan rohani. Ia berniat untuk mengoyak-ngoyakkan Anda, seperti seekor singa yang mengaum-aum mencari mangsa. Petrus berkata, “Berjaga-jagalah akan Lawanmu. Iblis berjalan keliling seperti singa yang mengaum-aum.” Singa yang mengaum-aum tidak berjalan keliling untuk memberikan suatu pertunjukan. Kita tidak sedang berada di dalam sirkus. Singa datang untuk menelan Anda. Karena itu, jika Anda meminta untuk dicobai Anda sebenarnya sedang memasukkan kepala ke dalam mulut singa – Anda sedang mencari masalah. Tujuan pencobaan adalah untuk membinasakan.

Pencobaan dirancang untuk memastikan Anda tidak masuk ke Tanah Perjanjian. Itulah alasan mengapa umat Israel di padang gurun gagal dan binasa. Mereka tidak sampai ke Tanah Perjanjian. Mereka jatuh ke dalam pencobaan. Mereka binasa di padang gurun karena ketidak-taatan mereka. Karena itu, berjaga-jagalah! Pencobaan sangat bahaya, sebagaimana yang dikatakan Paulus dalam 1 Korintus 10, “Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita.” Ingatlah bahwa mereka binasa di padang gurun. Apakah Anda pikir Anda tidak dapat binasa di padang gurun? Musuh kita itu amat licik dan berbahaya.
Paulus berkata, “sebab kita tahu apa maksud Iblis.” Iblis itu musuh yang piawai, cerdik dan licik. Saya dapat melihat dari cara hidup banyak orang Kristen, bahwa mereka sama sekali tidak tahu betapa liciknya lawan yang sedang mereka hadapi. Saya pernah membuat catatan untuk meramalkan apa yang akan Iblis lakukan dalam situasi-situasi tertentu. Saya diherankan oleh betapa tepatnya ramalan-ramalan saya itu. Dalam peperangan, sebagian besar dari strategi peperangan adalah meramalkan apa yang akan dilakukan oleh pihak musuh berikutnya, supaya Anda dapat membalasnya. Itulah kehidupan Kekristenan! Anda harus mengetahui dan mengamati apa yang akan dilakukan musuh berikutnya, supaya Anda dapat mengantipasinya. Sama seperti seorang pemain catur yang cakap, Anda tidak menunggu sehingga orang itu memindahkan pionnya lalu berkata, “Ah, aku tidak tahu kamu akan melakukan ini!” Barangkali Anda langsung disekakmat! Anda sudah habis! Dalam permainan catur, Anda harus berusaha untuk berpikir beberapa langkah ke depan. Lebih cakap Anda dalam permainan catur, lebih banyak langkah yang dapat Anda pikiran. Selain dari memikirkan langkah yang selanjutnya, Anda juga harus tahu bagaimana mencegah langkah sang lawan. Nah, jika kita melakukan itu dalam permainan catur, apa lagi dalam kehidupan ini? Perkara ini berhubungan dengan soal hidup atau mati, karena yang dipertaruhkan adalah jiwa kita!
Musuh Menyerang Pada Titik yang Paling Lemah
Seringkali saya dapat meramalkan apa yang akan dilakukan Iblis. Saya tahu ia akan menyerang pada titik ini. Maka saya mengerahkan kekuatan rohani untuk berada dalam keadaan siaga. Dan memang benar, serangannya datang. Bagaimana saya tahu? Prinsipnya sangat sederhana. Musuh selalu menyerang pada titik yang paling lemah. Ini adalah asas ilmu kemiliteran yang mendasar bahwa Anda tidak menyerang musuh di sisi kuatnya, Anda menyerang di titik lemahnya. Hal ini berlaku untuk semua jenis pertempuran, apakah dalam tinju atau judo, atau apa saja. Anda tidak menyerang pada titik yang kuat, Anda menyerang pada titik yang lemah. Iblis akan mencari suatu titik yang lemah untuk diserang. Jika Anda memimpin sebuah gereja, Anda akan tahu siapa yang akan diserang karena mereka adalah titik-titik lemah di dalam gereja. Iblis akan menyerang melalui mereka. Itulah sebabnya, seperti seorang petinju yang cakap, seperti seorang jenderal yang piawai, Anda harus tahu apa titik-titik lemah Anda dan buatlah persiapan khusus untuk menghadapi serangan si musuh.

Seorang musuh adalah lawan yang sangat merbahaya. Orang yang berdoa, “Janganlah membawa aku ke dalam pencobaan” juga merupakan orang yang berjaga-jaga dan berdoa agar ia tidak jatuh ke dalam pencobaan. Seperti seorang petinju, ia berjaga-jaga. Ia tidak hanya berdoa. Ia juga siaga. Ini berarti, Anda mempunyai tanggung jawab untuk berjaga-jaga dan Allah akan melakukan bagian-Nya apabila Anda berdoa. Doa bukan suatu alasan untuk tidak berjaga-jaga. Anda tidak boleh berkata, “Nah, aku sudah berdoa, sekarang yang lain pekerjaan Allah. Aku sudah berdoa, sekarang aku kebal serangan.” Tidak, Anda tetap harus berjaga-jaga dan tidak lalai, dan Allah akan melakukan bagian-Nya.
Makna Pencobaan
Kita sudah melihat bahwa kita tidak harus mencari masalah dan bahwa pencobaan itu berbahaya. Semua ini memang benar tetapi bukankah juga dikatakan oleh Paulus di 1 Kor 10:13 bahwa kita berada di tengah-tengah pencobaan.

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
Jika demikian halnya, adalah suatu hal yang mustahil untuk berdoa meminta agar tidak dibawa ke dalam pencobaan, karena rasul Paulus menyatakan secara eksplisit di ayat 13 bahwa pencobaan itu biasa kepada manusia dan merupakan suatu sifat-dasar dunia ini. Karena adanya kuasa kejahatan di dalam dunia ini, Anda akan senantiasa dicobai. Ini adalah kenyataan hidup.
Anda tidak mungkin melewati pekan yang lalu tanpa berulang kali dicobai. Saya telah dicobai. Tentu saja Anda juga telah dicobai melainkan Anda hidup di dunia yang berbeda dari dunia saya. Musuh ada di sekeliling kita. Rasul Paulus berkata dalam Efesus 6, “perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara” – kuasa-kuasa rohani yang direncanakan untuk membinasakan Anda. Niat mereka adalah untuk membinasakan Anda. Mereka bekerja dengan niat dan keinginan untuk menghancurkan Anda! Dari pengalaman, kita tahu apa yang dikatakan itu benar. Pencobaan merupakan pengalaman manusia yang biasa. Pencobaan ada di sekeliling kita.
Jika demikian halnya, bagaimana kita dapat mengerti doa ini, “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan?” Saya sudah berada di tengah-tengah pencobaan. Kita berada di dalam dunia yang penuh dengan pencobaan. Bagaimana untuk memahami ayat di Doa Bapa Kami ini?
‘Pencobaan’ mempunyai Dua Arti di dalam Alkitab
Untuk menjawab ini, kita harus tahu bahwa terdapat dua macam pencobaan di dalam Alkitab. Keduanya walaupun saling berkaitan tetapi juga sangat berbeda, dan sangat penting bagi kita untuk membedakannya. Satu adalah proses pencobaan yang berterusan dan kata ‘pencobaan’ ini muncul dalam bentuk jamak. Arti pencobaan yang satu lagi selalu muncul dalam bentuk tunggal. Anda dapat menentukan artinya dengan melihat apakah kata ‘pencobaan’ itu muncul dalam bentuk jamak, atau dalam bentuk tunggal.

1. Penggunaan Jamak – Pencobaan-pencobaan Biasa dalam Kehidupan
Apabila digunakan dalam bentuk jamak, kata pencobaan mengacu kepada pencobaan yang umum, yakni perkara-perkara yang kita alami sebagai manusia. Di 1 Kor 10:13 “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan yang biasa kepada manusia.” Jadi terdapat banyak pencobaan dan di sini Paulus berbicara tentang pencobaan-pencobaan yang kita hadapi dalam kehidupan seharian kita. Yesus menggunakan kata ‘pencobaan’ dalam pengertian ini di dalam Lukas 22:28, ketika Ia berkata kepada murid-murid-Nya, “Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami.” Yesus sendiri senantiasa berada dalam pencobaan; si pencoba selalu mencobai-Nya. Di dalam Injil kita membaca, “Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus…” Yesus dicobai sepanjang waktu, sama seperti kita dicobai. Di dalam Ibrani, ada dikatakan, “sama dengan kita, Ia telah dicobai.” Itulah sebabnya Ia dapat menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan, karena Ia dicobai sama seperti kita. Semua ini mengacu kepada pencobaan-pencobaan umum dalam kehidupan.

2. Penggunaan Tunggal – Pencobaan yang Menentukan
Satu lagi bentuk pencobaan adalah yang dipakai di dalam Doa Bapa Kami, “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.” Perhatikan kata “pencobaan” di sini adalah dalam bentuk tunggal, bukan “pencobaan-pencobaan”. Kita tidak bisa berkata, “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan-pencobaan”, karena kita sudah berada di tengah-tengahnya, tetapi kita bisa berdoa untuk tidak dibawa ke dalam pencobaan yang itu. Apabila digunakan dalam bahasa Yunani walaupun tanpa kata sandang, ia mengacu kepada tipe pencobaan yang khusus ini. Penggunaan seperti ini sangat lazim, untuk menunjuk kepada suatu perkara yang khusus. Sama seperti Anda berkata “pencobaan itu” dalam Bahasa Indonesia.

Pencobaan yang bagaimana sedang kita bicarakan di sini? Kita berbicara tentang pencobaan yang bertujuan untuk menghancurkan Anda secara rohani, seperti pencobaan yang dialami Yesus dalam Matius 4 dan Lukas 4. Percobaan semacam itu berbeda dari pencobaan yang dialami Yesus saat ahli Taurat datang dan mencobai-Nya dengan pertanyaan yang sulit. Percobaan Yesus di padang gurun dirancang untuk membinasakan Dia secara rohani, seolah-olah mau menjatuhkan Dia dengan menyerang-Nya dengan torpedo rohani.
Ini adalah pencobaan yang menentukan; bukan pencobaan-pencobaan dalam kehidupan sehari-hari, yang dapat menyebabkan Anda untuk berbuat dosa, namun tidak sehingga Anda meninggalkan Allah. Pencobaan-pencobaan itu tidak menyebabkan Anda berdosa sedemikian rupa sehingga Anda menjadi murtad, yaitu, iman Anda ambruk, karena kita semua dapat bertobat dari dosa-dosa seperti itu; kita dapat berpaling kembali kepada Tuhan. Kita semua mengalami pencobaan-pencobaan semacam itu setiap hari. Tetapi pencobaan yang dimaksudkan dalam Doa Bapa Kami adalah pencobaan yang dirancang supaya Anda tidak mungkin keluar daripadanya dalam keadaan utuh. Itulah niat Iblis. Oleh karena itu, Allah yang harus mengeluarkan kita dan memastikan kita tidak dibawa ke dalamnya.
Pencobaan semacam ini dapat ditemukan di dalam tulisan Paulus. Di dalam 1 Timotius 6:9, Paulus berbicara tentang pencobaan yang membawa malapetaka rohani, “Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, (dalam bentuk tunggal) ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.” Pencobaan ini dirancang untuk menenggelamkan Anda ke dalam keruntuhan dan kebinasaan, dari mana tidak ada lagi titik balik. Ini merupakan hal yang mengerikan yang dimaksudkan dalam Ibrani 6. Ibrani 6 mengatakan saat Anda jatuh ke dalam pencobaan seperti itu, adalah mustahil untuk memperbarui Anda sekali lagi. Itulah pencobaan yang menentukan – pencobaan dari mana tidak ada titik baliknya. Tentu saja itulah yang ingin dicapai Iblis pada pencobaan Yesus Kristus, yaitu untuk membinasakan Dia seketika dan untuk selama-lamanya. Pencobaan seperti ini membawa keruntuhan dan kebinasaan, bukan pencobaan-pencobaan dari mana Anda masih dapat bertobat; Anda mungkin sedikit dilukai, tetapi Anda masih dapat keluar darinya.
Satu lagi contoh untuk pencobaan yang menentukan ini terdapat dalam 1 Tesalonika 3:5, “Itulah sebabnya, maka aku, karena tidak dapat tahan lagi, telah mengirim dia, supaya aku tahu tentang imanmu, karena aku kuatir kalau-kalau kamu telah dicobai oleh si penggoda dan kalau-kalau usaha kami menjadi sia-sia.” Paulus tidak khawatir kalau mereka dicobai dengan pencobaan-pencobaan yang umum. Ia telah mengatakan bahwa setiap orang akan dicobai. Itu bukan persoalannya. Namun ia khawatir tentang pencobaan yang khusus, yaitu, “ kalau-kalau kamu telah dicobai oleh si penggoda(si-Iblis),” sehingga Anda dibinasakan secara rohani, “dan kalau-kalau usaha kami menjadi sia-sia.” Itu berarti segala usaha Paulus akan sia-sia karena mereka telah meninggalkan Kristus.
Perhatikan bahwa Paulus menggunakan kata pencobaan dalam dua pengertian yang sangat berbeda. Keduanya dijalankan oleh Iblis. Tetapi perbedaannya terletak pada kekuatan senjata yang digunakan. Dalam seni bela diri karate umpamanya, terdapat pukulan-pukulan dengan keampuhan yang berbeda. Ada yang dirancang untuk menjatuhkan dan membuat Anda tergoyah; tetapi ada juga yang dirancang supaya Anda tidak bangun lagi, khususnya pukulan yang tepat mengenai belakang leher. Satu pukulan seperti itu berarti Anda sudah dihabisi; Anda tidak akan bangun lagi.
Semuanya bergantung kepada senjata yang dipakai. Iblis akan menggunakan senjata yang mematikan jika Anda memberinya kesempatan. Umpamanya, kekayaan, sebagaimana kita lihat tadi dalam 1 Timotius adalah satu senjata ampuh yang dapat digunakan dengan oleh Iblis untuk melumpuhkan Anda sehingga Anda tidak dapat bangun lagi. Dan ia sudah menggunakannya dengan begitu efektif, bukankah begitu? Yudas dan Demas sudah dilumpuhkan oleh pukulan maut ini. Yang kita ketahui setidaknya dua orang ini telah dijatuhkan dan tidak bangun-bangun lagi. Yudas tidak dapat bangkit lagi dan Demas, menurut 2 Timotius juga telah dilumpuhkan secara rohani. Ia jatuh cinta kepada dunia dan meninggalkan Tuhan. Ia jatuh ke dalam pencobaan.
Anda membuka sedikit celah, dan Iblis akan serang dengan seluruh kekuatannya untuk menghancurkan Anda. Itulah yang terjadi kepada Petrus. Yesus berkata kepada Petrus, “Simon, Simon, Iblis telah meminta untuk menampi kamu seperti gandum, untuk mengoyak-ngoyakkan kamu, seperti memisahkan biji dan sekam, ia akan mencabik-cabikkan kamu, tetapi Aku telah berdoa untuk kamu supaya kamu tidak dihancurkan.” Hal seperti inilah yang akan dilakukan Iblis, jika Anda memberinya kesempatan. Petrus hampir binasa. Ia hampir jatuh karena pencobaan yang mematikan itu. Ia menyangkal Yesus, tetapi ia sempat dipulihkan. Ia hampir tenggelam, tetapi ia timbul kembali. Tuhan masih menopangnya. Hatinya tidak sepenuhnya tertutup kepada Tuhan.
Sekarang kita dapat mengerti apa yang dimaksudkan oleh Yesus Kristus. Apabila kita berkata, “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan,” kita bukan berbicara tentang pencobaan yang umum, tetapi pencobaan yang mematikan itu. Anda masuk ke dalam pencobaan yang ini dan Anda tidak akan keluar lagi. Jadi, inilah doa yang harus kita doakan: “Tuhan, tolong jangan membawa aku ke dalam pencobaan itu. Pastikan agar aku tidak dibawa ke dalam keadaan itu.” Dan betapa kita perlu berdoa meminta pelepasan!
Belajar Dari Mereka Yang Dianiaya
Apabila kita memandang ke depan, saya pikir kita semua yang mengasihi Tuhan, mempunyai suatu rasa takut dalam hati kita, mengingat bahwa kita lemah; bahwa kita barangkali akan dibawa ke dalam suatu keadaan yang mana kita sendiri kurang yakin kita dapat bertahan. Jika suatu hari kelak Anda dibawa ke dalam penganiayaan, dapatkah Anda bertahan? Dapatkah kita bertahan? Jika Anda disiksa fisik dan mental, dapatkah Anda bertahan? Orang-orang Kristen di Negeri Cina telah disiksa. Apabila saya mengatakan hal-hal ini, saya tidak mau siapapun berpikir saya ini anti-pemerintah, atau saya anti-Komunis. Saya mengasihi orang Komunis karena mereka membutuhkan Kristus. Seorang Kristen tidak berhak membenci orang Komunis. Saya mengasihi mereka karena mereka membutuhkan Kristus sama seperti semua orang yang lain. Namun kita harus berbicara tentang kenyataan. Hari ini ada teman-teman saya yang berada di dalam penjara. Banyak juga yang seperti Paulus pernah dipenjarakan. Jika saya tinggal lebih lama di Cina, saya juga akan dipenjarakan. Mereka berada dibawah tekanan yang amat dahsyat. Namun syukur kepada Allah, saya belum pernah mendengar seorangpun yang ambruk dibawah tekanan. Saya berdoa saya tidak akan pernah menjadi orang yang tidak dapat bertahan.

Jikalau Anda berada dalam situasi itu, dapatkah Anda bertahan? Apakah Anda mampu berlangsung hidup? Orang yang menjadi Kristen dalam suasana yang tenteram, belum tentu saat kesusahan datang mereka dapat bertahan. Pikirkan tentang penyiksaan di Negeri Cina. Orang Kristen dimasukkan ke dalam sangkar, dan makanan ditempatkan diluar jangkauan mereka. Mereka tidak selalunya disiksa secara jasmani. Anda menggulurkan tangan dan jari Anda hanya dapat menyentuh pinggir mangkuk dan tidak dapat mengambilnya. Hari demi hari, Anda menjadi semakin lapar. Mereka berkata, “Lihat, kamu hanya perlu menyangkal Yesus. Hanya katakan, ‘Aku bukan orang Kristen lagi. Aku tidak percaya Yesus.’” Dan makanan itu akan diberikan kepada Anda. Begitu mudah! “Mengapa menyusahkan diri sendiri, eh?” Hanya satu kalimat, “Aku tidak percaya Yesus” dan Anda akan mendapatkan mangkuk nasi itu. Dapatkah Anda bertahan? Anda berpikir, “Aku cuma perlu berkata, ‘Aku tidak percaya Yesus’.
Sepanjang sejarah banyak orang-orang Kristen yang dianiaya. Saya membaca tentang penyiksaan orang Kristen di Leon, Perancis, pada abad kedua. Ada seorang gadis yang disiksa selama tujuh hari berturut-turut. Semua tulang-tulangnya dipatahkan dan setelah melukai seluruh tubuhnya, mereka membiarnya dalam kesaktian yang terus menerus dengan menyiksa bagian-bagian yang terluka. Ia sekarat tetapi selama 7 hari itu ia menderita rasa sakit yang tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Tetapi ia tetap tidak menyangkal Tuhannya. Apabila saya membaca peristiwa itu, saya berpikir sendiri, “Dapatkah saya bertahan?” Terdapat dua orang yang disiksa. Yang seorang lagi sedang hamil dan segera akan melahirkan waktu penganiayaan bermula. Mereka mengikatnya di tepi pantai menunggu air pasang. Mereka berkata, “Nah, jika kamu menyangkal Tuhan, kami akan membebaskan kamu.” Perlahan-lahan air pasang naik sampai setinggi dagunya. Pikirkan, pada titik itu, barangkali ia berpikir sendiri, “Demi anak dalam kandungan, demi suamiku, aku akan menyangkal Tuhan.” Tetapi walaupun air sepenuhnya menutupi dia, ia tidak pernah sekalipun meminta untuk dilepaskan. Ia mati lemas. Tentu saja, anaknya turut mati. Melalui kematiannya, ribuan orang berpaling kepada Tuhan. Mereka berkata, jika seseorang dapat begitu mengasihi Tuhan, maka Tuhan pasti pantas dikasihi. Ia pasti layak dipercayai. Dengan kata lain, banyak anak-anak rohani yang lahir lewat kematiannya.
Pencobaan seperti ini dirancang untuk menghancurkan Anda secara rohani. Tekanan yang ditimpakan sangatlah dahsyat. Biarlah setiap orang berseru, “Tuhan, janganlah membawa aku ke dalam pencobaan. Aku lemah. Jangan membawa aku ke dalam pencobaan seperti ini; namun jika suatu hari Engkau membawa aku ke dalamnya, saat Engkau menganggap aku cukup kuat untuk bertahan, maka bawalah aku melewatinya.”
Musuh Ada dimana-mana
Peperangan untuk merampas jiwa kita sedang berlangsung dengan sengit. Musuh kita sedang bertempur mati-matian untuk merebut jiwa kita. Ia tidak main-main; dan jika Anda yang tidak serius ia akan mendapatkan Anda. Itulah sebabnya Paulus berkata kepada jemaat di Efesus: “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu, tetap berdiri!” Seluruh perlengkapan senjata Allah dikenakan bukan untuk maju dan meratakan pihak Musuh. Paulus tidak mengatakan itu. Ia tahu Musuh sangat kuat, dan kita lemah. Ia berkata sesudah Anda mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah, pastikan Anda tetap berdiri sebagai orang Kristen. Paulus berbicara tentang kelangsungan hidup secara rohani. Ia berbicara kepada jemaat di Efesus, yaitu salah satu jemaat yang terbaik pada zaman itu. Namun Paulus prihatin apakah mereka akan tetap berdiri atau tidak.

Apa lawannya ‘berdiri’? Lawannya ‘berdiri’ adalah ‘jatuh’. Jatuh atau gugur dalam peperangan berarti dibunuh, atau dibinasakan. Itulah sebabnya Paulus menaruh perhatian apakah mereka melakukan segala sesuatu untuk tetap berdiri. Paulus berkata, “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah” karena hidup Anda bergantung padanya – lakukan segala sesuatu supaya Anda dapat tetap berdiri. Pegang pedang itu karena Musuh akan menyerang. Pedang itu bukan barang perhiasan; Anda harus menggunakannya, dan karena itu belajarlah bagaimana menggunanya dengan baik. Firman Allah adalah pedang Roh.
Sengitnya perebutan untuk jiwa kita membuat kita harus dengan sungguh-sungguh berdoa, “Lepaskan kami dari yang si jahat!” Apa artinya itu? Kata ‘lepaskan’ artinya adalah selamatkan, lindungi, atau mengeluarkan dari yang jahat. Ini berarti kita dikelilingi oleh yang jahat. Dapatkan Anda melihat dua aspek kejahatan ini? Yang satu, pencobaan yang dirancang untuk membinasakan; yang lagi satu, kejahatan yang mengelilingi kita terus menerus. Keduanya hadir di dalam ajaran Yesus. Kejahatan dianggap ada di sekeliling kita dan kita perlu dilepaskan dari yang jahat. Kita perlu diselamatkan dari tengah-tengah kejahatan.
Kata yang sama ini dipakai dalam Perjanjian Lama bahasa Yunani (atau Septuaginta). Kata ‘lepaskan’, muncul enam puluh dua kali hanya dalam Mazmur. Mazmur, tentu saja berisi doa orang-orang kudus. Enam puluh dua kali kata ‘lepaskan aku’, atau suatu ucapan syukur untuk pelepasan dari yang jahat muncul di Mazmur. Ini memberitahu kita untuk berdoa seperti manusia Allah dalam Mazmur, “Lepaskanlah kami dari yang jahat.”
Kata Yunani ‘selamatkan’ atau ‘lepaskan’ ini digunakan dalam Perjanjian Lama untuk menerjemahkan 10 kata Ibrani yang berbeda. Ini berarti kata ini digunakan dalam pengertian yang sangat luas. Ini berarti kita meminta untuk diselamatkan dari segala bentuk ancaman – dari kejahatan, dari kuasa kejahatan dan kehancuran akibat kejahatan.
Gambaran apa yang dilukiskan oleh Yesus kepada kita? Kita adalah murid-Nya, dan dengan itu adalah wakil Tuhan di dunia ini. Anda adalah terang di tengah-tengah kegelapan dan kegelapan berusaha untuk menelan Anda. Di Yohanes, kita baca, “kegelapan itu tidak menguasainya,” tetapi kegelapan telah mencoba untuk menguasainya. Kegelapan yang sama sedang berusaha untuk menguasai kita juga. Karena itu kita harus selalu berdoa, “Lepaskanlah aku dari kejahatan yang mengelilingi-ku!” Kita sedang berjuang demi kelangsungan hidup. Kita harus menang. Jika kita tidak menang, kita akan dihabisi.
Apa Kelemahan Anda?
Kita tahu bahwa Iblis menyerang kita pada titik yang paling lemah. Karena itu pelajarilah kelemahan Anda. Cari tahu apa kelemahan Anda, dan pastikan Anda menjauhkannya dari serangan Musuh. Kita semua tahu bahwa berlian adalah bahan yang paling keras yang diketahui manusia. Berlian dapat bertindak seperti pisau untuk memotong kaca atau bahan-bahan keras yang lain. Namun berlian, meskipun begitu keras, ada juga titik lemahnya. Jika Anda tahu dimana titik lemah itu, dan memukulnya dari sudut yang tepat, Anda dapat membuat berlian itu retak. Anda dapat membuatnya retak dengan menggunakan alat yang tidak sekeras berlian, umpamanya palu yang dibuat dari timah.

Dengan cara yang sama, setiap orang Kristen ada titik lemahnya. Iblis tahu ia tidak membutuhkan kekuatan yang terlalu besar untuk menghancurkan Anda jika ia menyerang Anda pada titik yang lemah itu. Hal yang sama dapat dilihat di dalam Alkitab. Setiap manusia Allah yang besar mempunyai kelemahan yang tertentu, dan Iblis tidak akan jenuh berusaha untuk menjatuhkan dia. Umpamanya Daud, seorang yang berkenan kepada Allah, tetapi ia mempunyai suatu kelemahan yang besar – suatu kelemahan yang begitu lazim bagi banyak orang – yaitu wanita. Ia memandang keluar jendela dan melihat seorang wanita yang cantik dan hatinya tergerak untuk mendapatkan wanita itu. Iblis melihatnya, dan menghabisinya, “Bang”! Memukulnya dengan satu pukulan, dan Daud jatuh.
Kita melihat persoalan yang sama dengan Agustinus; ia mempunyai kelemahan yang sama, ketertarikannya pada wanita. Agustinus tahu kelemahannya, dan ia berlari secepat mungkin untuk menjauhkan kelemahannya dari jangkauan Iblis. Ia menguncikan dirinya dalam biara untuk memastikan Iblis tidak menemukan dia. Saya tidak yakin apakah ini cara yang terbaik, tetapi memang ini satu cara. Petrus, umpamanya, adalah seorang yang sangat percaya-diri. Itu merupakan hal yang berbahaya. Orang terlalu percaya-diri sangat mudah dijatuhkan. Salomo juga mempunyai suatu kelemahan; kelemahan Salomo ialah pengetahuannya. Ia begitu bijaksana sehingga ia membodohi dirinya sendiri. Aneh, bukan? Ia telah menjadi begitu bijaksana, begitu berhikmat, sehingga ia dapat dipukul dari sudut itu. Pada akhirnya, ia dihancurkan secara rohani.
Sekarang Anda mengerti mengapa Paulus berkata, “Jangan aku sendiri, sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, ditolak.” Seorang hamba Tuhan juga mudah diserang seperti yang lain.
Setiap orang mempunyai kelemahan yang dapat dipergunakan oleh Iblis, jika kita tidak berhati-hati. Kemudian ada yang lain lagi seperti Yudas dan Demas – yaitu mereka yang mencintai uang. Mereka mencintai benda-benda di dalam dunia ini: mobil mewah, rumah yang besar dan benda-benda semacam itu. Rata-rata orang lemah dalam aspek ini. Iblis menyerang di situ dan Anda telah dinetralisir. Demas, yang merupakan seorang pekerja Kristen full-time, dihabisi dengan cara itu. Yudas, salah seorang dari dua belas rasul jatuh karena hal itu juga. Apabila kita melihat orang-orang berkaliber seperti itu tetapi masih jatuh, kita cuma bisa berdoa, “Tuhan, janganlah membawa aku ke dalam pencobaan dan lepaskanlah aku dari yang jahat! Selamatkan aku!”
- Selesai -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar